Monday 15 August 2011

Ajakan Dzikir Anjing hu akbar di IAIN Bandung

Kasus ucapan mahasiswa IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Sunan Gunung Djati Bandung dalam ta’aruf dengan
mahasiswa baru September 2004 cukup menyentak. Di antaranya perkataan: “Selamat bergabung di area bebas
tuhan”. Malah ada seorang mahasiswa dari jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin mengepalkan tangan dan
meneriakkan, “Kita berzikir bersama anjing hu akbar.”

Berikut ini cuplikan laporan utama Tabloid Republika Dialog Jum’at, 22 Oktober 2004 berjudul Terpeleset Filsafat di
Bandung:
Jum’at, 27 September 2004, sore hari. Ratusan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Gunung Djati
Bandung, melakukan prosesi penerimaan mahasiswa baru atau yang biasa disebut taaruf.
Sebagai institusi Islam, taaruf juga akan mempelajari masalah keislaman secara sepintas. Mereka akan mempelajari
bagaimana Islam dulu, kini, dan masa depan, serta bagaimana peluang IAIN dalam kehidupan bermasyarakat pada
masa depan.

Pada hari itu pula, panitia yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa, akan memperkenalkan seluruh
organisasi mahasiswa yang berada di lingkungan IAIN. Di saat pembawa acara memanggil setiap jurusan untuk maju
ke atas panggung dan memperkenalkannya, suara riuh dan sorak sorai mahasiswa baru menggema. Bahkan tidak segan
mereka melakukan tepuk tangan dan mengikuti ucapan Allahu Akbar, ketika diinstruksikan oleh senior jurusannya.
Hal berbeda terjadi pada Fakultas Ushuluddin. Fakultas yang terdiri dari lima jurusan yakni, Sosiologi Agama,
Perbandingan Agama, Tafsir Hadits, dan Aqidah Filsafat ini, disambut dengan tangisan sebagian mahasiswa.
Bagaimana tidak, sejak mereka memasuki ruangan dan menaiki panggung, seorang dari mahasiswa yang menjadi juru
bicara untuk fakultas itu, memulai dengan perkataan, “Selamat bergabung di area bebas tuhan”.

Jurusan Sosiologi Agama punya gaya sendiri menyambut juniornya. “Mahasiswa sosiologi agama adalah insan kreatif
inovatif yang sosialis demokratis. Beri kesempatan kepada teman-teman kami yang senantiasa mencari tuhan,” ungkap
ketua himpunan jurusan sosiologi agama.
Pernyataan yang lebih menakutkan keluar dari mulut salah satu di antara mereka. “Kami tidak ingin punya tuhan yang
takut pada akal manusia,” katanya. Namun perkataan itu tidaklah berarti ketika seorang mahasiswa dari jurusan Aqidah
Filsafat, mengepalkan tangan dan meneriakkan: “Kita berzikir bersama anjing hu akbar,” teriaknya lantang.
Dalam laporan Republika itu dikutip komentar ulama FUUI (Forum Ulama Ummat Islam) Bandung, KH Athi’an Ali
Da’I, “Ada dosen yang di depan kelas dengan bangganya mengaku sudah tiga bulan tak shalat.”

Dijelaskan, berkaitan dengan kasus ini, FUUI mengeluarkan empat fatwa. Namun khabarnya pihak Rektorat IAIN
Bandung justru mengancam FUUI dan membela mahasiswanya yang telah mengucapkan hinaan terhadap Allah SWT
di depan umum (para mahasiswa baru IAIN SGD Bandung) itu. Beritanya sebagai berikut:
Empat Fatwa FUUI untuk Kasus IAIN

BANDUNG—Kasus penghinaan melalui perkataan yang dikeluarkan oknum mahasiswa Aqidah Filsafat Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Gunung Djati (SGD), semakin meruncing. Setelah pihak Rektorat IAIN SGD
Bandung mengancam akan membawa kasus ini ke pengadilan, dengan tuduhan pencemaran nama baik, kini giliran
Forum Ulama Ummat Islam (FUUI), mengeluarkan empat fatwa.

Empat butir fatwa yang dikeluarkan FUUI itu, berisi tuntutan agar oknum mahasiswa yang telah menghina Islam wajib
dihukum mati. Hal ini sesuai dengan fatwa FUUI No 02/Dzulqo’idah/1421, mengenai Penghinaan Terhadap Islam. Hal
ini dikatakan Ketua FUUI, KH Athian Ali Muhammad Dai MA, saat konferensi pers pemutaran VCD, Sabtu (9/10
2004).
“Berdasarkan syariat Islam, mereka yang menghina Islam seperti pendeta Suradi dan Pendeta Poernama Winangun,
wajib dihukum mati,” katanya menjelaskan.

Imbauan kedua, kata dia, pemerintah dituntut segera melaksanakan tindakan hukum, untuk menghindari umat Islam
mengambil tindakan sendiri.
Maklumat ketiga, sambung Athian, mengimbau kepada pihak berwenang di IAIN SGD Bandung, untuk mensterilkan
IAIN dari individu, faham, silabus, maupun metodologi. Baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan
berproyeksi jangka pendek maupun jangka panjang, yang sengaja ataupun tidak sengaja mengarahkan mahasiswa pada
pola pikir yang bertentangan dengan aqidah, akhlak dan syariat Islam.

Terakhir, sambung Athian, pihaknya mengimbau kepada orangtua untuk tidak melanjutkan pendidikan putra putrinya
ke IAIN, sebelum institusi itu steril. “Apabila memang telah telanjur, orang tua harus lebih memperhatikan aqidah,
akhlak, dan pelaksanaan syariat Islam,” katanya menandaskan.

Athian mengaku tak menyangka hal ini akan terjadi di kalangan yang notabene lembaga pendidikan tinggi Islam.
Bahkan, dirinya tidak habis pikir mengapa IAIN menuduhnya mencemarkan nama baik. Padahal, kata dia, dirinya
melakukan hal tersebut karena sayang terhadap IAIN dan ingin membantu perguruan tinggi tersebut.

Dikatakan Athian, dirinya telah mengundang pihak IAIN untuk bersama-sama menyelesaikan masalah ini. Namun
hingga acara berlangsung, tidak ada pihak IAIN yang menghadirinya. “Saya sudah mengundangnya, tetapi tidak ada
yang datang. Kalau seperti ini, tidak akan ada pembicaraan lagi karena untuk apa,” paparnya.

Dituturkan Athian, kasus ini muncul dari laporan sejumlah mahasiswa IAIN yang mengatakan di kampusnya ada upaya
pendangkalan aqidah Islam dengan menyatakan ‘Islam bukan satu-satunya agama yang benar’, serta pernyataanpernyataan
buruk lainnya. Ungkapan itu, sambung dia, merupakan penghinaan terhadap Allah SWT dan Islam.
“Mereka meminta bantuan kepada kami. Apabila kasus ini masuk ke pengadilan, mahasiswa itu siap menjadi saksi,”
katanya.

Koordinator tim advokasi FUUI, Rizal Fadhillah, mengatakan, maklumat ini sebagai langkah awal untuk melaporkan
okum mahasiswa itu ke Polda Jabar. Ditambahkannya, mereka terancam dijerat dua pasal sekaligus, yaitu pasal 156 A
KUHP tentang penodaan agama dan 156 B tentang ajakan tak ber-Tuhan. Sementara itu, Pembantu Rektor V IAIN
SGD Bandung, Mohammad Najib, mengatakan, pihaknya siap menerima tuntutan FUUI. Namun, diakuinya, pihaknya
tidak akan menyerahkan Faridl sebagai pelaku yang dimaksud FUUI, sebelum pihak rektorat melakukan uji otentik dan
uji konteks akademis kepada mahasiswa tersebut.

Najib menambahkan, pihaknya pernah memanggil Faridl untuk dimintai keterangan mengenai perbuatannya. Namun
setelah diperiksa, tim klarifikasi yang sengaja dibentuk rektorat ini, tidak menemukan hal yang menyalahi aturan.
“Pasalnya itu murni persoalan akademik. Tapi saya akan melakukan pemanggilan lagi,” katanya saat dihubungi
Republika, Ahad (10/10).

Allah Swt Membongkar Mereka
Umat Islam tidak usah payah-payah melacak pemikiran orang-orang IAIN, dengan adanya kasus yang menyentak
dilontarkan oleh mahasiswa IAIN Bandung, lalu dibela-bela oleh para dosen dan pimpinan di kampus, itu sudah
merupakan bukti nyata. Bahwa mereka memang modelnya seperti itu, cara membela masalah yang menghina agama
pun dengan memutar-mutar lidah seperti itu. Cara mereka berkelit pun sudah tampak nyata. Jadi tidak usah umat Islam
mencari dan melacak ke dalam-dalamnya, mereka sendirilah yang menampakkan jati diri mereka, isi kepala mereka.
Lebih jelas lagi penampakan jati diri mereka itu ketika dekan Ushuluddin IAIN Bandung berbicara di acara kontroversi
di TV 7 di suatu malam menjelang Iedul Fitri 1425H. Nama acaranya itu sendiri kontroversi, yang dalam hal ini kasus
“anjing hu akbar” dan “areal bebas tuhan” di IAIN Bandung itu. Ternyata kasus yang sudah nyata-nyata menghina
Alloh swt itu dibela benar-benar oleh sang dekan Ushuluddin IAIN Bandung. Bahkan dengan ungkapan yang
merendahkan FUUI, yang memprotes kasus itu, oleh dekan Ushuluddin diremehkan dengan menyebut bahwa orangorang
FUUI itu S2 saja belum lulus.

Pembelaan kepada mahasiswa yang telah kurangajar, dengan cara meremehkan orang lain seperti itu, justru
menampakkan diri sebagai orang-orang yang memang tidak pantas untuk memegang amanat ilmiah, apalagi agama
Islam. Karena Islam jelas mengecam kesombongan, di antaranya kesombongan model merendahkan orang lain atau
lembaga lain. Dari satu sisi, dia membanggakan lembaga IAIN-nya yang katanya banyak doctor dan professor, ternyata
tidak mempersoalkan masalah mahasiswanya itu. Sementara lembaga FUUI yang orang-orangnya belum lulus S2
malah mempersoalkan. Pernyataan seorang dekan Ushuluddin IAIN Bandung seperti itu sebenarnya justru meremuk
redamkan IAIN Bandung itu sendiri. Karena ternyata lembaga yang dipimpin oleh orang yang benar-benar sombong
dalam arti sebenarnya yaitu: alkibru bathorul haq wa ghomtun naas. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia. Ini jelas dalam hadits:
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi saw, beliau bersabda: “Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya
ada kesombongan seberat dzarrah/ biji (pun).” Seorang lelaki berkata, sesungguhnya lelaki (maksudnya Malik
bin Muroroh Ar-Rohawi) suka kalau pakaiannya bagus dan sandalnya bagus. Beliau bersabda: “Sesungguhnya
Allah itu Maha Bagus menyukai yang bagus. Sombong itu adalah menolak lagi mengingkari kebenaran dan
meremehkan manusia. (HR Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi).

Qodarulloh, umat Islam ditunjuki bahwa isi di dalam IAIN di Indonesia adalah seperti itu. Mahasiswanya seperti itu
tingkah polah dan ucapannya, demikian pula dosen-dosen dan pimpinan fakultas maupun institutnya. Sehingga umat
Islam tidak usah berpayah-payah untuk menggali, sebenarnya isi orang IAIN di Indonesia itu seperti apa, ternyata
qodarulloh, mereka sendiri yang membongkarnya; ya mahasiswanya, ya dosen-dosennya, dan juga pimpinan fakultas
dan institutnya. Ditambah lagi pembongkaran yang dilakukan oleh tokoh Islam yang punya ghiroh Islamiyah tinggi,
sehingga umat ini mengetahuinya.
Al-Qur’an telah menggambarkan adanya pembongkaran rumah orang-orang kafir Ahli Kitab dengan tangan-tangan
orang kafir itu sendiri dan tangan-tangan orang mukminin. Maka tidak mengherankan, kalau penghinaan terhadap
Islam, terhadap Alloh swt pun dibongkar sendiri oleh pelaku-pelakunya beserta pembela-pembelanya, ditambah dengan
pembongkaran oleh Mukminin. Dalam persitiwa pembongkaran rumah-rumah orang kafir Ahli Kitab, Allah swt
mengabadikan kisahnya di dalam Al-Qur’an:
Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat
pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin,
bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah
mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah
mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan
mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran,
hai orang-orang yang mempunyai pandangan. (QS Al-Hasyr/ 59: 2).

Apabila pembongkaran yang telah ditampakkan oleh Allah swt dalam kasus di IAIN Bandung itu tidak menjadi
pelajaran bagi pihak IAIN se-Indonesia (yang kenyataannya masyarakat umum tahu, rata-rata pemikirannya sama saja
model itu) maka Allah swt tidak sulit untuk membongkar mereka lebih dahsyat lagi, baik lewat orang-orang dari dalam
IAIN se-Indonesia itu sendiri maupun umat Islam atau bersama-sama. Bahkan pihak-pihak yang membela kesesatan
selama ini pun tidak sulit bagi Allah swt untuk membongkarnya. Dan adapun sampai mereka mati tidak terbongkar
pula, maka pengadilan di akherat kelak tetap akan mereka derita. Itulah jaminan yang tidak akan meleset, maka FUUI
ataupun umat Islam pada umumnya sebenarnya hanya bertugas saling menasihati dengan kebenaran dan kesabaran.
Adapun nasihat bahkan tuntutan justru dibalas hinaan, itu satu anugerah bahwa pengusung kesesatan yang sampai
melecehkan Islam ini sudah ditampakkan oleh Allah swt figur-figur dan sarang-sarangnya. Tinggal umat Islam ini
mampu memahami itu atau tidak. Ini salah satu ujian dalam menjalankan Islam, mau pilih yang membela Islam atau
justru pilih yang melecehkannya sambil memutar-mutar lidah dan berlindung di bawah jubah title, lembaga dan
sarangnya.

Dikutip dari buku: Ada Pemurtadan di IAIN, Penulis: Ustadz Hartono Ahmad Jaiz. Cetakan II 2005

0 comments:

Post a Comment