Pertanyaan ini diajukan oleh harian Perancis, laporan mengatakan :
“Selama bertahun-tahun, kami memaksakan definisi sangat ketat : semua Muslim “militan” adalah “teroris dan fanatik” dan seluruh militan Kristen adalah “ekstrimis atau fundamentalis”.
Setiap perang, pertama-tama adalah perang kata.
Ketika kelompok Kristen Nigeria anti-Muslim mengatur pogrom, mereka selalu menyebut “bentrokan agama”, namun ketika yang serupa dilakukan oleh “Taliban Nigeria” maka semua orang berbicara tentang pembantaian dan teror.
Ketika si pirang, bermata biru membunuh ratusan orang Norwegia, kita akan berbicara tentang fundamentalis, namun ketika seorang pria berkulit gelap di Kaukasus membunuh tentara Rusia, maka akan segera diberi label “terorisme”.
Ketika dupont Lajoie membunuh imigran di Perancis, maka disebut manifestasi dari gangguan mental.
Ketika dua pesawat menghantam menara New York, maka kita akan berbicara tentang serangan teroris, tetapi ketika drone AS di Afghanistan setiap harinya membunuh orang, itu hanyalah pekerjaan militer AS yang ditugaskan untuk melakukan itu.
Dan begitulah yang terjadi.
Pengulangan kata-kata tertentu dimaksudkan untuk membangun kondisi refleks kepada manusia.
Ketika “mereka” meledakkan bom di antara “kita”, kita “ditawari” peningkatan besar dalam jumlah kepolisian dan kurangnya kebebasan, dan kita katakan kepada diri sendiri : “Yah, itulah caranya.”
Menurut harian tersebut, “istilah untuk para militan seharusnya disama ratakan dalam hal bahasa apa yang kita gunakan untuk menggambarkan mereka. Bisa jadi mereka adalah “teroris”,karena mereka umumnya menyebut “perjuangan melawan sekularisme, sosialisme, fasisme, globalisme dan pemahaman lainnya”. (haninmazaya/arrahmah.com)
Thursday, 28 July 2011
Mengapa Muslim disebut "teroris" sedang Kristiani disebut "fundamentalis"?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment