Anda mengidolakan pemain sepakbola? Boleh saja selama hal itu tidak sampai menodai akidah. Seperti kita ketahui bersama bahwa mayoritas bintang sepakbola yang berlaga di Piala Dunia 2010 adalah orang-orang non-muslim. Mengidolakan bintang sepakbola non-muslim dikhawatirkan akan membuat kita terjebak pada pengkultusan dan penodaan agama. Karena itulah, berikut ini kami tampilkan profil pesepakbola muslim yang akan berlaga di Piala Dunia 2010. Bagi penggila bola, tentu sudah hafal dengan sepak terjang mereka di lapangan hijau. Namun demikian, tidak semua tahu bahwa mereka adalah saudara kita yang seiman.
Khalid Boulahrouz:
The Cannibal
Bila Anda adalah penggemar Liga Jerman, pasti kenal dengan pria kelahiran Maassluis (Belanda) pada 28 Desember 1981 ini. Ya, dia adalah Khalid Boulahrouz, seorang pria Belanda keturunan Maroko. Pria yang berperawakan garang ini kini menjadi salah satu andalan tim nasional Belanda. Banyak klub telah dibelanya, di antaranya Chelsea yang telah membesarkan namanya di kancah sepakbola internasional.
Saat ini, Boulahrouz bermain di klub elit Bundesliga Jerman VfB Stuttgart dan dikenal degan sebutan “Khalid the Cannibal” karena kemampuannya ‘memakan’ lawan. Julukan yang seram di lapangan tersebut, ternyata tidak terbawa dalam pergaulan sehari-harinya yang terkesan lembut dan sangat taat pada agamanya. Dalam sebuah wawancara dengan harian De Volkskrant beberapa waktu lalu, Boulahrouz menyebutkan pengaruh Islam dalam dirinya. “Mengaji Al-Quran memberi saya kedamaian dan membuang stress yang ada. Kesabaran sangat penting di situasi yang penuh dengan tekanan dan Islam mengajarkan bagaimana seharusnya kita bersikap sabar,” ujar suami dari Sabia ini. Saat ini, Boulahrouz tengah mengembangkan pengetahuan tentang Islam. Ia rajin shalat lima waktu dan mengaji Al-Quran. “Saya belajar bahasa Arab agar bisa lebih mengerti ajaran Islam,” pungkasnya.
Eric Bilal Abidal:
Islam Adalah Sumber Inspirasi
Germelap kompetisi La Liga Spanyol yang penuh dengan hedonisme, konsumerisme, dan kemewahan lainnya, ternyata tidak mempengaruhi keimanan salah satu pilar klub elit Spanyol FC Barcelona ini. Dengan keterbatasan waktu dan atmosfir kehidupan yang sangat glamor, ia tetap bisa melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Siapakah dia? Dia adalah Eric Abidal, putra kelahiran Lyon (Prancis) pada 11 September 1979. Abidal yang sebelumnya beragama Katolik kemudian pindah agama setelah menikah dengan Hayet Abidal, seorang perempuan asal Aljazair.
Kepada majalah Match yang terbit di Paris, Abidal mengatakan bahwa Islam telah mendorongnya untuk bekerja keras untuk memperkuat timnya. “Saya memeluk Islam dengan keyakinan penuh. Semua berlangsung alami. Pilihan memeluk agama Islam bukan karena faktor istriku, tapi sebuah hadiah yang tiba-tiba saja muncul. Itu benar-benar terjadi apa adanya. Mengalir begitu saja dan membuatku merasa bahagia,” ujar ayah dari Meliana dan Canelia ini. Sejak masuk Islam, Abidal yang biasa bermain di posisi sayap kiri ini berusaha menjadi muslim yang taat dengan tidak pernah melupakan shalat.
Kolo Habib Toure:
Ustadz yang Pandai Bermain Bola
Bek pekerja keras asal Pantai Gading yang bermain untuk klub kuda hitam di Premiere League Manchester City, Kolo Toure, resmi menjadi pemain inti tim nasional Pantai Gading bersama dengan adiknya, Yaya Toure. Mereka akan bergabung dengan Didier Drogba cs dalam menghadapi putaran final Piala Dunia yang akan dilaksanakan di Afrika Selatan pada Juni 2010. Terpilihnya Kolo Toure menjadi pemain inti merupakan berkah kerja kerasnya berlatih dan bermain dengan Manchester City.
Sikapnya yang low-profile, membuat banyak orang menyukai tindak tanduknya. Selain itu, Toure termasuk muslim yang taat. Terbukti, dia sering melakukan dakwah dan mengajar mengaji murid-muridnya di masjid London. Selain itu, pemain kelahiran Pantai Gading, 19 Maret 1981 ini rajin shaum walaupun sedang bertanding. Sebelum bergabung di Manchester City (klub terkaya di Inggris milik billioner asal Uni Emirat Arab, Syaikh Al-Mansoor), Toure merupakan pemain The Gunner Arsenal yang bermarkas di London. Saat bermain dengan Arsenal itulah, di waktu senggang ia berdakwah dan mengajarkan agama Islam pada anak-anak muslim di sana bersama sang adik (Yaya Toure) yang juga beragama Islam. Meskipun sekarang telah pindah ke Manchester, Toure tetap tidak melupakan anak-anak asuhnya. Dengan mengedarai mobil, di sela-sela kesibukannya bermain membela Manchester City, ia tetap meluangkan waktu untuk membagi ilmunya. Sebuah kepedulian yang patut dicontohkan oleh setiap muslim, bukan?
Sulley Ali Muntari:
Bersujud Setelah Mencetak Gol
Sulley Ali Muntari, lahir di Kongo (Ghana) pada 27 Agustus 1984. Sebagai pesepakbola handal, ia diberkahi talenta yang luar biasa yang membuat kepincut banyak klub di Eropa. Dari sekian banyak klub Eropa yang meminang, hanya Inter Milan yang membuat hatinya luluh. Ia mengagumi sosok pelatih Inter Milan, Jose Mourinho. Muntari pun langsung menjadi anak asuh kesayangan Mourinho.
Muntari menjadi pusat perhatian ketika dia merayakan gol layaknya muslim sejati. Ketika Inter Milan mengalahkan Juventus 1-0 di ajang Seri A lewat gol yang dicetaknya, Muntari langsung bersujud, menyentuhkan dahinya ke lapangan sebagai ucapan terima kasih kepada Allah Swt. Hal tersebut sama sekali tidak mendapat komplain dari tifosi (pendukung) garis keras Inter dan rekan satu timnya. Kebebasan menjalankan ibadah bagi Muntari adalah segalanya dan hal itu dihormati oleh manajemen Inter. Tidak heran jika kemudian Muntari mendapatkan sambutan positif dari muslim Italia setelah merayakan golnya dengan bersujud. Untuk memperlihatkan identitasnya sebagai seorang muslim, Muntari tetap keukeuh berpuasa meski harus memperkuat Inter Milan Nerazzurri.
Robin van Persie:
Goal-Getter Asal Arsenal
Robin Van Persie lahir di Rotterdam (Belanda) pada 6 Agustus 1983. Ia terlahir dari keluarga broken-home. Setelah orangtuanya bercerai, van Persie dibesarkan oleh ayahnya yang merupakan seorang seniman. Semasa kanak-kanak, van Persie kerap berulah dan mengalami masalah temperamen yang mengakibatkannya sering dikeluarkan dari kelas. Namun di balik sifat tempramennya, ternyata van Persie mempunyai bakat sepakbloa yang hebat. Ia pun dikenalkan oleh ayahnya ke klub sepak bola amatir Belanda SBV Excelsior. Di tahun ini, van Persie berhasil membawa Belanda lolos kualifikasi Piala Dunia di Afrika Selatan.
Di Arsenal, ia menemukan Islam sebagai agamanya setelah menikah dengan Bauchra, perempuan kelahiran Maroko. Kini ia telah dikaruniai seorang anak.
Franck Ribery:
“Islam Menjadi Sumber Kekuatan Saat Bermain”
Ada gunjingan menarik saat pembukaan Piala Dunia 2006. Franck Ribery yang saat itu memperkuat Tim Nasional Prancis berdoa dengan menengadahkan tangan seperti yang biasanya dilakukan seorang muslim. Banyak di antara penggemarnya yang menyayangkan hal tersebut. Ribery sendiri tidak menyangka bahwa yang dilakukannya (berdoa) akan dinilai negatif oleh sebagian orang. Bagi Ribery, kepercayaan dan keimanan barunya tersebut merupakan persoalan pribadi, bukan untuk konsumsi publik. Oleh sebab itu, ia selalu menolak ketika wawancara sudah mengarah pada persoalan keimanan. Ia bahkan pernah dengan agak keras memperingatkan para wartawan untuk tidak mempertanyakan hal-hal yang bersifat pribadi.
Siapakah sebenarnya Franck Ribery? Ia adalah seorang mualaf yang lahir pada tanggal 1 April 1983. Ribery menjadi mualaf setelah menikahi istrinya (Wahiba Belhami) yang berasal dari Maroko. Hizya adalah putri kecil buah pernikahan mereka berdua.
Ribery mengaku bahwa Islam adalah sumber kekuatannya, baik di dalam atau pun di luar lapangan bola. Ia telah menghadapi masa-masa sulit dalam membangun karier dan mencari kedamain jiwa. Dan akhirnya ia menemukan Islam sebagai jalan bagi kedamaian jiwanya. [Ali]
(majalahpercikaniman.blogspot.com)
Saturday, 10 December 2011
Muslim yang Turut Berlaga di Piala Dunia 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment