Sunday, 27 February 2011

Ciptakan Pembangkit Listrik Mini dalam 3 jam

Siapa bilang kegiatan siswa SMA saat ini hanya hurahura atau tawuran saja? Buktinya berkat penelitiannya, dua siswa SMA Negeri 8,Rizki Satriawan dan Muhammad Rizki,17,berhasil menciptakan pembangkit listrik bertenaga angin.


ENERGI yang ada saat ini semakin lama akan semakin menipis. Bahkan, beberapa puluh tahun cadangan energi di muka bumi diprediksi akan habis. Kata-kata tersebut terus terngiang di telinga Rizki Satriawan.Dia resah karena baginya tidak mungkin manusia modern dapat hidup tanpa bantuan energi. Berangkat keresahannya itu, Rizki Satriawan lalu mengajak teman sekelasnya yang kebetulan bernama sama dengannya, Muhammad Rizki, untuk mengembangkan energi alternatif. Berbekal buku-buku yang mereka baca di perpustakaan dan mencari informasi di internet, duo Rizki ini kemudian bersepakat untuk membuat pembangkit listrik.

“Kenapa kami memilih pembangkit listrik, awalnya karena listrik di tempat kami kerap mati. Yang kami dengar karena kekurangan pasokan.Lalu kami pikir kenapa tidak buat pembangkit listrik saja,”ujar Rizki Satriawan. Setelah bersepakat membuat pembangkit listrik, kedua siswa kelas XII IPA ini kemudian kembali harus memikirkan tenaga penggerak pembangkit listrik yang akan mereka buat. Sebagai siswa,mereka tentu tidak memiliki dana banyak untuk membuat pembangkit yang digerakkan dengan tenaga uap, air, apalagi nuklir. Mereka harus mencari tenaga penggerak yang tidak membutuhkan biaya sama sekali. “Sampai akhirnya kami sadar bahwa udara tidak ada yang memonopolinya, jadi bisa didapat dengan gratis dan mudah,”imbuh warga Jalan Sentosa Plaju ini.

Setelah ide didapat, mereka kemudian mulai merancang pembangkit listrik di laboratorium sekolahnya. Tahap awal mereka membuat baling-baling dari tripleks. Baling-baling ini kemudian dipasangi dinamo atau motor listrik. “Alat ini harus ditempatkan pada kawasan yang berangin deras sehingga baling-baling bisa berputar maksimal,” ujar Rizki yang mengaku hanya membutuhkan waktu 3 jam untuk membangun pembangkit mini ini. Energi yang dihasilkan alatnya ini kemudian disimpan dalam kapasitor. Energi yang tersimpan dalam kapasitor ini yang menyuplai tenaga untuk menggerakkan bel peringatan gempa yang mereka buat. “Kapasitor dibuat dari botol kaca atau tabung dengan tutup.

Kemudian tutup botol dipaku, sedangkan di dalam botolnya dilapisi alumunium foil seluruhnya, tapi yang di luar botol hanya setengah. Kemudian, paku tersebut diberi air yang dicampur garam, lalu ditutup rapat dan diisolasi,” ungkap Rizki. Sementara, bel peringatan gempa mereka buat dari bahan yang sederhana, yakni tripleks, pipa paralon,bel,dan bandul tembaga. Tripleks tersebut dipotong persegi panjang dan di atasnya dipasang sebuah bel. Lalu, dipasangkan pipa lurus sejajar dengan tripleks yang dipaku, kemudian kabel bel dipasangkan dengan sebuah bandul dari tembaga. “Ketika bandul bergerak,bandul tersebut akan menyentuh pipa yang dalamnya ada lapisan tembaga, ketika menyentuh, bel langsung otomatis berbunyi,” katanya.

Karya ilmiah ini pernah mereka ikutkan dalam lomba yang diselenggarakan di Universitas PGRI Palembang, Oktober 2010, dan berhasil meraih juara kedua. Rizki mengaku dirinya akan terus melakukan penelitian setelah lulus sekolah.Tak seperti saat ini, dia akan meneliti sesuatu yang berbeda,seperti cadangan energi masa depan yang murah meriah dan sederhana yang dapat digunakan semua orang. (a teddy kn)
source:http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/384183/

1 comment: