Website Para Ustadz

Kumpulan website resmi para ustadz-ustadz terpercaya, Insha Allah.

Googling atau Yufiding?

www.yufid.com adalah islamic search engine, atau mesin pencari ilmu-ilmu islam.

Sunnah Witir diluar Ramadan

“Wahai orang-orang yang cinta kepada Al-Qur’an, shalat witirlah, karena sesungguhnya Allah itu ganjil yang menyenangi (shalat) yang ganjil.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah)

7 Orang Sukses Kuliah sambil Ngaji

Sukses Dunia Akhirat, Why Not?

Waktu-Waktu Terkabulnya Do'a

Jika bekerja pun ada waktu-waktu yang tepat,begitu pula dengan Do'a

Thursday 31 March 2011

Konsep intelijen Rasulullah SAW


Sebagai seorang ahli strategi perang, Nabi Muhammad Saw sudah memikirkan pentingnya peran seorang intelejen untuk menghadapi musuh. Konsep-konsep intelejen modern yang dikenal sekarang, bahkan sudah dilakukan Rasulullah pada jamannya.

Beliau menugaskan para intelejennya untuk memata-matai gerakan musuh dan orang-orang yang dianggap munafik. Para agen intelejen Rasulullah juga wajib memegang teguh daftar nama-nama orang munafik itu. Daftar nama mereka harus dihafal, tidak boleh dicatat dan tidak boleh jatuh ke tangan orang lain agar tidak menimbulkan keresahan. Ciri orang munafik yang masuk daftar hitam Rasulullah adalah Rasulullah tidak ikut menyolatkannya ketika orang bersangkutan meninggal.

Dalam memilih para agen intelijennya, Rasulullah menilainya dari kemampuan pribadi seseorang terutama dalam menyimpan rahasia. Karena itu, Rasulullah menerapkan sistem satu pintu untuk menyampaikan laporan dari hasil operasi intelijen para spionnya. Dengan sistem itu, para spion langsung menyampaikan laporannya pada Rasulullah Saw dan tidak boleh diketahui oleh orang lain, bahkan oleh para sahabat Rasulullah sendiri yang termasuk dalam Khulafaur Rashidin.

Dan sejarah Islam tercatat nama Hudzaifah Ibnul Yaman sebagai salah satu agen intelejen atau spion andalan Rasulullah dalam menghadapi orang-orang kafir dan munafik yang ingin memerangi Islam dan Muslim. Oleh Rasulullah, Ibnul Yaman dinilai sebagai orang yang bisa dipercaya, memiliki ingatan yang kuat cerdik dan cerdas dalam mengolah informasi. Ibnul Yaman juga dikenal sosok yang mudah bergaul yang memudahkannya untuk menjalankan operasi mata-mata.

Dalam Perang Khandaq (Perang Parit), Rasulullah menugaskan Ibnul Yaman untuk memata-matai pasukan kafir Quraisy dari Mekkah yang berkekuatan 10.000 ribu orang, ditambah bantuan kekuatan dari orang-orang Yahudi. Mereka berencana untuk menyerang kota Madinah yang hanya memiliki kekuatan 3.000 orang pasukan perang.

Untuk menghadapi pasukan Yahudi dan Quraisy dibawah pimpinan Abu Sufyan, Rasulullah menerapkan strategi bertahan dengan membuat parit di sekeliling kota Madinah. Pada suatu malam, Rasulullah mengutus Hudzaifah Ibnul Yaman untuk menyusup ke tengah pasukan lawan. Mudah baginya untuk berbaur ke dalam pasukan lawan, karena Hudzaifah memiliki darah suku bangsa di Mekkah sehingga tidak mudah dikenali sebagai orang asing.

Di pihak pasukan lawan, ada kebiasaan yang dilakukan setiap rapat. Sebelum rapat, orang-orang yang hadir harus memastikan bahwa orang-orang di sekelilingnya adalah teman dengan menanyakan nama dan asal-usulnya untuk memastikan bahwa pertemuan mereka aman.

Agar penyamarannya tidak terbongkar, Hudzaifah selalu lebih dulu mencekal tangan orang di sebelahnya dan bertanya “siapa namamu?, darimana asalmu?” Orang yang ditanya akan terkejut karena mengira posisi Hudzaifah pasti salah satu pimpinan tertinggi sehingga bertanya lebih dulu. Orang yang ditanyapun langsung menyebutkan nama serta asalnya. Hudzaifah pun selamat dan bisa mengikuti rapat serta mendapatkan informasi penting dari hasil rapat tersebut. Salah satunya, informasi bahwa pasukan Abu Sufyan akan mundur karena merasa pasukannya tidak akan memenangkan pertempuran melawan Rasulullah dan pasukannya di kota Madinah.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai mata-mata, Hudzaifah juga sangat hati-hati dan tidak bersikap yang bisa menimbulkan kecurigaan. Hudzaifah juga sangat kuat memegang teguh kepercayaan yang telah diberikan Rasulullah Saw kepadanya untuk memegang daftar orang-orang munafik. Bahkan ketika sahabat Rasulullah Saw, Umar bin Khattab menanyakan perihal daftar nama itu, Hudzaifah menolak memberikannya.

Untuk mengetahui siapa orang-orang yang masuk daftar orang munafik itu, Umar hanya bisa mengamati jika ada rakyatnya yang meninggal dan Hudzaifah tidak menyolatkannya, maka orang itulah orang munafik itu.

Sebagai negara yang memiliki kedaulatan, Madinah (pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) juga memiliki sejumlah perangkat fital untuk melindungi diri, baik ancaman dari luar, maupun dalam. Dan intelijen adalah salah satu perangkat itu.

Terutama saat terjadi krisis antara Madinah dengan musuh-musuh dakwah, seperti Quraish, beberapa kabilah Yahudi sampai imperium Romawi, kekuatan intelijen Muslim telah melakukan perannya dengan sangat baik. Sehingga tak jarang, berbagai pertempuran dimenangkan berkat lihainya para informan, dalam memperoleh informasi mengenai kekuatan lawan. Sekalipun tidak bisa dipungkiri bahwa ada faktor lainnya yang juga ikut berperan, bantuan Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT).

Tidak hanya para sahabat Rasulullah SAW yang bergerak dalam sektor ini. Beliau sendiri pernah melakukan aktivitas intelijen di beberapa kesempatan.
Nah, untuk mengetahu lebih lanjut mengenai kiprah para intel Muslim di masa Rasulullah SAW, silahkan membaca lebih lanjut ulasannya dalam Ihwal edisi ini. Selamat mengikuti…

Perang Intelijen Saat Perang Badar

Para informan sama-sama melakukan peran mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) sendiri ikut ambil bagian dalam aktivitas ini
Kala itu, Rasulullah (SAW) bertolak dari desa Dafiran, untuk melakukan perjalanan menuju sebuah tempat dekat Badar. Tidak ada yang menemani perjalanan beliau, kecuali Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu anhu (RA). Di tempat itu, beliau bertemu dengar seorang laki-laki tua yang tinggal di pedalaman gurun (badui). Rasulullah SAW lalu bertanya perihal kedatangan kaum Quraish, juga kedatangan pasukan beliau sendiri. Lelaki itu menolak memberikan informasi, kecuali setelah beliau berdua membuka identitas.

Rasulullah SAW tidak menyerah dengan jawaban itu, beliau membalas, ”Jika engkau memberi tahu kami, maka kami memberi tahu kalian.” Memperoleh jawaban demikian, orang tua itu memastikan,”Apakah dengan memberi tahu tentang mereka, kalian memberi tahu dari siapa kalian?” Rasulullah SAW menjawab, ”Iya.”

Akhirnya lelaki tua itu membuka mulut, ”Telah sampai kepadaku berita bahwa Muhammad dan para sahabatnya keluar dari Madinah pada hari begini-begini. Jika yang memberitahuku jujur, maka mereka hari ini sudah sampai tempat begini-begini. Dan telah sampai kabar kepadaku bahwa Quraish keluar dari Makkah pada hari begini-begini, kalau yang memberi tahuku jujur, maka pada hari ini mereka sudah sampai tempat begini-begini.”

Setelah lelaki itu memberikan informasinya, ia ganti bertanya kepada Rasulullah SAW, “Dari siapa kalian?” Rasulullah SAW menjawab sambil berlalu meninggalkan lelaki tua itu, ”Kami dari air…”

Informasi yang diberikan laki-laki tua itu amatlah berharga bagi umat Islam. Karena dengan mengetahui kondisi musuh, maka pasukan Islam memiliki persiapan lebih matang dan informasi itu bisa dijadikan pijakan dalam menentukan strategi bertempur. Bahkan lebih dari itu, walau mendapat informasi lengkap, karahasiaan identitas kaum Muslimin tetap terjaga. Ini bisa terwujud karena Rasulullah SAW menyembunyikan identitas. Maka pihak Quraish pun tidak bisa mengorek keterangan dari laki-laki Badui tersebut mengenai kondisi pasukan Muslimin.

Rasulullah SAW tidak hanya menyembunyikan identitas, tapi beliau menutup kemungkinan laki-laki itu untuk berpikir bahwa beliau berdua begian dari kelompok Muslim, dengan menanyakan keadaan pasukan Muslim sekaligus pasukan Quraish kepadanya. Tentu cara yang ditempuh Rasulullah SAW ini adalah cara yang amat cerdik.

Peristiwa yang disebutkan oleh Ibnu Hisyam dalam As Sirah An Nabawiyah (2/459) itu menunjukkan bahwa praktek intelijen telah digunakan sejak masa Rasulullah SAW, juga menunjukkan bahwa beliau sendiri amat memperhatikan pentingnya aktivitas ini, guna melawan kekuatan Quraish.

Tidak hanya kaum Muslimin yang melakuan pengintaian, pihak Quraish juga memiliki orang-orang pilihan untuk melakukan spionase. Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa setelah berdekatan dengan lembah Badar, kaum Quraish mengutus Umair bin Wahb Al Jamhi, untuk mencari tahu kekuatan pasukan Muslimin.

Tidak membutuhkan waktu lama, laki-laki ini kembali dengan membawa kabar bahwa jumlah pasukan Muslimin sebanyak 300 laki-laki, dengan beberapa tambahan. Akan tetapi, ‘intel musyrikin’ ini masih belum puas dengan informasi ini. Ia minta izin untuk kembali, guna memastikan apakah jumlah itu jebakan, atau masih ada bantuan pasukan lainnya. Dan setelah ia melakukan pengintaian lagi, ia begitu yakin, ”Mereka tidak memiliki tempat berlindung, kecuali dengan pedang-pedang mereka,” katanya

Mengetahui Kekuatan Musuh dari Jumlah Logistik

Adapula aktivitas intelijen lainnya. Rasulullah SAW kembali ke pasukan, tapi beliau masih perlu mengutus Ali bin Abi Thalib, Az Zubair bin Awam, dan Sa’ad bin Abi Waqash untuk mencari informasi mengenai kekuatan pasukan musuh. Sedangkan Rasulullah SAW menyusul kemudian.

Dikisahkan, setelah dekat sumur Badar Ali bin Abi Thalib beserta Az Zubair bin Awam bertemu dengan dua orang budak. Setelah ditanya, mereka mengaku sebagai pemberi minum kaum Quraish. Namun, karena pengakuan itu, mereka berdua dipukuli oleh sekelompok orang yang juga berada di tempat itu. Hingga akhirnya, mereka mengatakan bahwa mereka pembantu Abu Sufyan, dan sekelompok orang tersebut berhenti mumukul dan meninggalkan mereka berdua. Rasulullah SAW yang saat itu berada di tempat itu menegaskan kepada para sahabat bahwa pemukulan terhadap kedua budak itu menunjukkan bahwa keduanya berkata benar, bahwa mereka memang dari kaum Quraish.

Akhirnya ganti Rasulullah SAW yang bertanya kepada kedua budak itu, ”Berapa jumlah mereka?” Mereka menjawab, ”Banyak.” Rasulullah SAW kemudian menanyakan jumlah hewan yang dipotong untuk mereka setiap harinya. ”Kadang sembilan, kadang sepuluh ekor.” Informasi sederhana itu amat cukup bagi Rasulullah SAW, hingga akhirnya beliau berkesimpulan bahwa jumlah mereka antara sembilan ratus hingga seribu.

Informasi mengenai pasukan musuh terus-menerus dikumpulkan. Tidak hanya oleh Rasulullah SAW sendiri, tapi para sahabat juga ikut berpartisipasi. Seperti yang dilakukan oleh Basbas bin Amru dan Adi bin Abi Az Zaghba’. Mereka sama-sama bertolak menuju Badar. Setelah tiba di sumur Badar, mereka bertemu dua budak perempuan yang saling berebut mengambil air. “Besok atau lusa akan datang kafilah, bekerjalah untuk mereka…” Setelah itu, budak lainnya mengalah. Kedua sahabat Rasulullah SAW tersebut mendengar percakapan itu, akhirnya mereka kembali untuk memberi kabar kepada Rasulullah SAW mengenai kedatangan pasukan Quraish.

Itulah sekilas mengenai aktivitas intelijen menjelang meletusnya perang Badar, yang terjadi pada Jumat pagi, 17 Ramadhan tahun kedua setelah hijrah.

Boleh Berbohong Saat Perang

Dalam operasi intelijen, menyembunyikan identitas adalah hal mutlak diperlukan. Sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW saat bertemu dengan laki-laki Badui, ketika beliau bermaksud mengorek keterangan. Kepada lelaki itu beliau tidak terus terang menjawab bahwa beliau adalah Rasulullah SAW, walau laki-laki itu bertanya. Beliau hanya jawab “Dari air…”, maksudnya diciptakan dari air mani.

Yang dilakukan Rasulullah SAW tidak bisa disebut kebohongan, tapi inilah yang disebut tauriyah, yakni mengungkapkan fakta, walau fakta itu bukan fakta yang diinginkan oleh lawan bicara.

Adapun berbohong dalam arti sesungguhnya, yakni mengungkapkan hal yang berbeda dengan fakta, Imam Al Ghazali yang diikuti oleh Imam An Nawawi, dalam Al Adzkar (hal. 608-610), menyatakan kebolehannya, jika dilakukan dalam peperangan dan untuk kemaslahatan umat Islam. Tapi ada satu syarat: bahwa itulah satu-satunya cara.

Pendapat tersebut berdasarkan pada Hadits yang diriwayatkan oleh Umu Kultsum, ”Dan aku tidak mendengar beliau memberi rukhshah (keringanan) sama sekali dari apa yang dikatakan oleh manusia, kecuali dalam tiga hal: peperangan, memperbaiki hubungan manusia, serta pembicaraan laki-laki terhadap istrinya atau istri terhadap suaminya. (Riwayat Al Bukhari).

Operasi Intelijen Madinah

Aktivitas intelijen Madinah, dari mencari informasi kekuatan dan menyusup ke barisan lawan, hingga mencari jejak

Kiprah intelijen Madinah, tidak hanya terekam saat perang Badar terjadi. Dalam beberapa kondisi krisis lainnya, peranan intelijen juga terlihat. Berikut ini, beberapa operasi intelijen Madinah, yang telah dicatat oleh para sejarawan Muslim.

Intel Madinah Menyusup ke Tengah Barisan Musuh

Saat Yahudi dan Quraish melakukan koalisi untuk melakukan penyerangan terhadap Madinah, pihak Muslim berhasil mengetahui rancana itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) kemudian memerintahkan para sahabat membuat parit, guna membentengi Madinah, hingga terjadilah perang Khandaq di bulan Syawal tahun ke-5 setelah hijrah.

Tatkala pasukan Quraish tertahan di luar parit, dan berhadapan dengan angin yang berhembus amat kencang, Rasulullah SAW segera memerintahkan Hudzaifah bin Yaman menyusup ke dalam berisan musuh. Tanpa banyak kesulitan, beliau berhasil bergabung dengan kelompok Quraish, dan mendapatkan informasi bahwa Abu Sufyan, memerintahkan pasukannya untuk kembali ke Makkah, disebabkan cuaca buruk.
Lebih dari itu, saat itu Hudzaifah sebenarnya memiliki peluang membunuh Abu Sufyan, ”Kalau seandainya Rasulullah SAW tidak berpesan kepadaku agar tidak ada yang terbunuh hingga aku kembali, maka aku akan membunuhnya dengan busur.” (As Sirah An Nabawiyah, 3/154,166)

Intel Quraish Tertangkap

Diriwayatkan oleh Abu Ishaq, kaum Quraish telah mengirim 40 atau 50 mata-mata ke Madinah. Mereka sempat mengelilingi kamp pasukan Muslim untuk membunuh salah satu dari mereka. Akan tetapi mereka berhasil ditangkap, namun kemudian mereka dibebaskan oleh Rasulullah SAW, dan dibiarkan kembali ke Makkah. Peristiwa ini terjadi menjelang Baiat Ridhwan.

Intel Madinah Ungkap Kekuatan Heraklius

Kala itu, tiga ribu pasukan Muslim sudah berada di Syam untuk melawan pasukan Heraklius. Pasukan Muslim berhasil memperoleh informasi bahwa kekuatan pasukan Romawi itu berjumlah 100 ribu orang dan mereka sudah berada di Mab, sebuah desa di Syam. Dengan bekal informasi itu, mereka hendak melaporkan kekuatan musuh ke Madinah, hingga Rasulullah SAW mengirim bantuan atau memerintahkan untuk tetap bertempur.
Tapi, Abdullah bin Rawahah selaku salah satu pemimpin terus memberi semangat agar mereka tetap bertempur, hingga pertempuran tidak dapat dielakkan. Peristiwa itu dikenal dengan Perang Mu’tah, yang terjadi pada bulan Jumadi Al Ula tahun ke-8 setelah hijrah.

Fathu Makkah, Intel Madinah Dahului Intel Quraish

Sebelum Rasulullah SAW keluar menuju Makkah, beliau telah memerintahkan para sahabatnya untuk mengirim mata-mata guna mencari tahu keadaan kaum kafir Quraish, sebagaimana diriwatkan oleh Imam At Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir.

Dengan demikian, tak heran kalau di wilayah Mur Adz Dzahran, tempat Rasulullah SAW dan 10 ribu pasukan beliau singgah, berita mengenai Quraish sudah diketahui sedangkan berita mengenai gerakan pasukan Rasulullah SAW tidak ada yang mengetahui, termasuk oleh penduduk desa tersebut.
Berbeda dengan gerakan intelijen Madinah, di waktu yang sama, beberapa lelaki Quraish seperti Sufyan bin Harb, Hakim bin Hizam, serta Badil bin Warqa’ baru keluar untuk berusaha mencari informasi mengenai gerakan pasukan Muslim.

Dengan demikian, penduduk Makkah sendiri tidak sempat menyusun kekuatan secara matang, hingga terjadilah peristiwa Fathu Al Makkah pada bulan Ramadhan tahun ke-9 setelah hijrah.

Intelijen dalam Perang Hunain

Setelah Kabilah Hauzan mendengar bahwa Makkah sudah dikuasai oleh kaum Muslimin, Malik bin Auf An Nashri, salah satu pemuka kabilah mengumpulkan para pemuka lainnya. Mereka sepakat melakukan penyerangan terhadap Rasulullah SAW dan kaum Muslimin. Seperti biasanya, sebelum berangkat mereka mengirim beberapa mata-mata. Akan tetapi, mata-mata itu gagal dan tercerai berai, karena berhadapan dengan seorang penunggang kuda yang tidak mereka kenal.

Sebaliknya, Rasulullah SAW telah mengirim Abdullah bin Abi Hadrad Al Aslami, untuk menyusup, dan bermukim di Hauzan. Selama tinggal di sana, beliau berhasil mendapatkan informasi yang berasal dari pembesar Hauzan, Malik bin Aufah An Nashri. Informasi itu menyangkut semua hal yang terjadi di sana, termasuk kesepakatan mereka untuk melakukan serangan kepada Rasulullah SAW.

Akhirnya, Rasulullah SAW memutuskan membawa 12 ribu pasukan menuju Hauzan. Sesampai di lembah Hunain, ternyata pasukan Musyrikin sudah menunggu terlebih dahulu, hingga berkecamuklah Perang Hunain pada tahun ke-8 setelah hijrah, pasca Fathu Makkah.

Karz bin Jabir, Ahli Pencari Jejak

Mencari jejak adalah keahlian Karz bin Jabir, hingga Rasulullah SAW memerintahkannya untuk mengejar beberapa orang pembunuh penggembala Rasulullah SAW yang bernama Yasar. Tidak memerlukan waktu lama, Karz bin Jabir bersama beberapa orang lainya berhasil membekuk para pelaku dan membawa mereka ke hadapan Rasulullah SAW.

Penggunaan Sandi dalam Pertempuran

Seperti yang biasa berlaku dalam dunia intelijen dan militer modern, guna membedakan siapa kawan dan lawan, pasukan Muslim pada zaman Rasulullah SAW memiliki sandi khusus. Dalam berbagai peperangan berbagai macam sandi telah digunakan. Berikut ini sandi-sandi tersebut:

- Dalam pertempuran Khandaq dan Bani Quraidhah, pasukan Muslimin menggunakan sandi, “Haamiim, la yunsharun.” (Riwayat Abu Dawud), yang menurut salah satu penafsiran, bermakna bahwa Allah tidak bisa dikalahkan, karena Haamiim menurut penafsiran ini adalah salah satu dari nama Allah Ta’ala.

- Dalam pertempuran melawan Bani Malmuh, yang dilakukan malam hari, digunakan sandi, “Amit..amit.” (As Sirah An Nabawiyah, 4/472), yang maknanya, “bunuhlah…bunuhlah”.

- Sedangkan saat Fathu Makkah, perang Hunain dan Thaif sandi yang digunakan kaum Muhajirin adalah “Ya Bani Abdirrahman,” sedangkan sandi kabilah Khazraj adalah, “Ya, Bani Abdillah,” dan sandi kabilah Aus adalah “Ya Bani Ubaidillah.”

- Di kesempatan lain Rasulullah SAW saat melepas pasukan kecil yang dipimpin oleh Talhah, beliau bersabda, ”Sandi kalian Ya Ashr.” (Riwayat Ibnu Abi Syaibah). Ashr bermakna sepuluh, menggunakan sandi ini karena jumlah mereka sepuluh orang.

Memeriksa Boleh, Memaksa Mengaku Dilarang

Dalam interogasi sering terjadi penyiksaan untuk mendapat pengakuan. Bolehkah itu dilakukan?
Hatib bin Abi Balta’ah termasuk golongan Muhajirin. Bahkan beliau adalah salah satu ahlu Badar, dan sudah tinggal di Madinah selama beberapa tahun bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW). Suatu kali ia merasa risau atas rencana Rasulullah SAW mengirim pasukan ke Makkah karena takut terjadi apa-apa atas keluarganya yang masih tinggal di sana.

Hatib kemudian punya inisiatif mengabarkan kepada para keluarganya mengenai rencana Rasulullah SAW itu secara diam-diam. Caranya, dengan menitipkan sebuah surat kepada salah satu wanita budak Bani Abdul Muthalib untuk disampaikan kepada keluarganya itu. Tentu, yang dilakukan Hatib bisa membocorkan rahasia rencana penyerangan ke Makkah. Dan di sini keselamatan ribuan pasukan Muslim menjadi taruhannya.

Rasulullah SAW menerima “kabar langit” tentang apa yang dilakukan Hatib. Beliau kemudian segera mengutus Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, untuk mengejar wanita itu. Ternyata, wanita pembawa pesan itu sudah sampai di tempat persinggahan Al Khaliqah, yang berjarak 12 mil dari Madinah.

Setelah mendapatinya, kedua sahabat Rasulullah SAW tersebut meminta wanita itu turun dari kendaraan, dan memeriksa kendaraan yang ditungganginya. Akan tetapi mereka tidak menemui apa yang dicari. Mereka yakin bahwa yang dikatakan Rasulullah SAW pasti benar, hingga Ali bin Abi Thalib mengatakan, ”Tunjukkan tulisan itu! Atau kami akan memeriksamu!” Melihat keduanya tampak serius, wanita itu mengeluarkan tulisan yang diselipkan di sela-sela kain di kepalanya.

Setelah memperoleh bukti yang jelas, Rasulullah SAW memanggil Hatib bin Abi Balta’ah, guna mengatahui apa yang mendorongnya berbuat demikian. “Wahai Hatib, kenapa engkau melakukan hal ini?” Hatib menjawab, ”Wahai Rasulullah, demi Allah saya benar-benar orang yang beriman terhadap Allah dan Rasul-Nya. Saya tidak berubah dan menggantinya. Hanya saya tidak memiliki keluarga, sedangkan anak-anak saya berada dalam asuhan mereka (Quraish), maka saya melakukan itu untuk mereka.”

Saat itu, Umar bin Al Khaththab yang ikut serta bersama Rasulullah SAW kelihatan marah. ”Wahai Rasulullah,” kata Umar, “Izinkan saya untuk memenggal lehernya, sesungguhnya laki-laki ini telah melakukan nifaq.” Rasulullah SAW membalas perkataan Umar, ”Tidak tahukah engkau wahai Umar, bahwa Allah telah memperhatikan ahlu Badar, dan berfirman, ”Kerjakan semau kalian, Aku telah mengampuni kalian.” (As Sirah An Nabawiyah, 4/308).

Syaikh Said Ramadhan Al Buti menyebutkan dalam bukunya, Fiqh As Sirah, bahwa beberapa pihak berpendapat bolehnya menggunakan berbagai cara agar tersangka mengaku. Mereka mengambil argumen dari kisah Ali yang menghardik dan mengancam budak Bani Abdul Muthalib itu.

Ulama Syiria ini menjelaskan bahwa kisah di atas tidak bisa dijadikan argumen untuk menopang pendapat itu, karena beberapa sebab.

Pertama, budak tersebut posisinya tidak lagi sebagai tersangka belaka, melainkan pelaku hakiki yang informasinya berasal dari wahyu. Dan ini bersifat qath’i, lebih kuat daripada iqrar (pengakuan) si pelaku sendiri. Sehingga praktek penyiksaan tersangka agar yang bersangkutan mengaku tidak bisa diqiyaskan dengan kasus di atas, karena hanya didasari dengan prasangka dan perkiraan, yang berasal dari manusia biasa yang tidak maksum. Sehingga kisah di atas tidak bisa dijadikan dasar untuk melegalkan praktek penyiksaan guna mengorek pengakuan seorang yang statusnya masih tersangka.

Kedua, membuka baju untuk melakukan pemeriksaan tidak seperti penyiksaan dan penahanan, sehingga tidak pula bisa diqiyaskan. Yang pertama dibolehkan, yang kedua tidak dibolehkan.

Pengakuan karena Paksaan Tak Berlaku

Para ulama madzhab empat telah bersepakat bahwa pengakuan yang disebabkan paksaan tidak bisa dijadikan dasar untuk menjatuhkan hukuman. Berikut, pandapat mereka:

Madzhab Hanafi
Al Kasani menyebutkan, bahwa kerelaan adalah salah satu aspek yang menentukan bahwa sebuah pengakuan itu sah atau tidak. Dengan demikian, maka pengakuan orang yang dipaksa tidak sah. (Bada’i’ As Shana’i’, 7/224).

Madzhab Maliki
Qadhi Sahnun menyebutkan masalah hukum pihak yang mengaku setelah diancam, baik dengan diikat, dipenjara serta dipukul, tidak berlaku hadd. Imam Malik mengatakan, ”Tidak diberlakukan kepadanya hadd, kecuali ia mengakui hal itu dengan rasa aman dan tanpa rasa takut.” (Al Mudawwanah, 16/93).

Madzhab Syafi’i
Al Imrani mengatakan, ”Tidak diterima pengakuan orang yang dipaksa, Sabda Rasulullah SAW, ’dingkat (dimaafkan) untuk umatku kesalahan, lupa dan apa yang dipaksakan kepadanya.’ Dan karena orang yang dipaksa tidak masuk dalam golongkan mukallaf. (Al Bayan, 13/418).

Madzhab Hanbali
Ibnu Qudamah mengatakan, ”Kalau seorang laki-laki dipukul agar ia mengaku berzina, tidak wajib atasnya hadd, dan tidak bisa ditetapkan bahwa ia berzina. Saya tidak mengetahui para ulama khilaf, bahwa seorang yang dipaksa mengaku tidak wajib atasnya hadd.” (Al Mughni, 9/7181).

“Sesungguh banyak terdapat Pelajaran dari orang-orang terdahulu, Namun sedikit orang-orang yang mau berpikir dengan jernih.”

“wal tandzur nafsun maa qodamat lighodd”

Source: http://arrahmah.com/

Wednesday 30 March 2011

Mari Memakai Kunyah…


Kunyah, apakah itu? Kunyah merupakan salah satu “Adabun Islaamiyyun” (adab dalam Islam) dari sekian banyak adab yang disunnahkan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam untuk kita hidupkan. Kata “kunyah” bila kita artikan secara bahasa lebih kurang sama dengan “panggilan”, “sapaan”, ataupun sebutan penghormatan pada seseorang.

Biasanya “kunyah” dinisbahkan kepada nama anak ataupun kepada nama bapaknya. Misalnya bila si fulan memiliki anak bernama `Abdurrohman maka ia bisa memakai kunyah yakni “Abu `Abdurrohman”. Atau bila si fulan mempunyai orang tua bernama ‘Usman maka ia bisa memakai kunyah yakni “Ibnu `Usman” dan sebagainya.

Mungkin bagi sebagian ikhwah thullabul ilmiy yang baru memperdalam Islam, istilah ini mungkin masih asing di telinga. Namun sebenarnya hal ini sudah ma’ruf di tengah kita bahkan sudah disyari`atkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sejak dahulu, yakni ketika Nabi shalsallahu ‘alaihi wasallam memberi kunyah kepada Ummul Mu`miniin `Aaisyah radhiallahu `anha yaitu “Ummu `Abdillah,” sebagaimana sabda Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam di bawah ini:
“Berkunyahlah kamu dengan anakmu `Abdullah, maksudnya Ibnuz Zubeiir, kamu adalah Ummu `Abdillah.” [Lihat: “Silsilatul Ahaadist As Shohiihah” (205-207, no. 132) ].
Hadits di atas sekaligus mematahkan pendapat da`i-da`i sururiyyin [?!?](1) dan hizbiyyin yang menganggap bahwa kunyah itu tidak perlu, bahwa kunyah itu hanyalah tradisi dan budaya orang Arab saja serta tidak termasuk yang disyari`atkan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, dan sebagainya, sebagaimana perkataan yang pernah disampaikan dengan panjang lebar oleh salah seorang da`i dari kalangan mereka di hadapan jama`ahnya yakni Armen Halim –semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau, ed– dari Yayasan Al-`Ubudiyah, Pekanbaru dimana saat itu ia menyatakan bahwa sunnah ini tidak disyari`atkan dan menyindir kunyah “Abul Mundzir”.yang dipakai `Ustadz Dzul Akmal, Lc.
Allahulmusta`an. Sangat disayangkan apa yang telah mereka [?!?](2) sampaikan.
Allah Subhaana wa Ta`aalaa berfirman:
“Janganlah kamu mengikuti (mengatakan) apa apa yang kamu tidak mempunyai `ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, keseluruhannya itu akan diminta pertanggung jawabannya.” Al Israa’: 36.
Ini merupakan musibah yang besar bagi da’wah ini. Suatu musibah yang mana mereka dalam berdakwah mengatasnamakan Salaf dan mengklaim diri mereka [?!?](3) Salafiy, namun nyatanya merusak apa yang didakwahi para a-immatis Salaf rahimahumullahu ta`aalaa.
Bila kita mengutip sebuah syi`ir, di sana dikatakan:
“Apabila kamu tidak tahu maka itu mushibah
Kalau seandainya kamu tahu maka mushibahnya lebih besar.”
Kunyah Disyari`atkan walau Seseorang Tidak Pernah Nikah

Bila kita membaca sirah para a-immatis Salaf rahimahumullahu Ta`aalaa, masing-masing mereka semua mempunyai kunyah. Bahkan `ulama yang tidak pernah nikah saja mempunyai kunyah, seperti;
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah-kunyah beliau adalah Abbul `Abbaas, (“Al Waasithiyyah,” hal. 21),
Al Imam An Nawawiy-kunyahnya adalah Abu Zakariya. “Dan tidak ada Zakariya baginya,” kata As Syaikh Saliim Al Hilaaliy, (“Bahjatun Naazhiriin,” 1/8),
Al Imam Muhammad bin Jariir bin Yaziid At Thobariy-kunyanya Abu Ja`far-Ibnu Jariir termasuk Al `Ulama Al `Uzzaab-tidak pernah nikah dan tidak pernah sempat beliau untuk itu, bahkan saking terjaganya beliau dari perbuatan ma`shiyat beliau berkata: “Tidak pernah saya melorotkan celana saya pada yang halal dan juga pada yang haram sama sekali.”
Para Thullabul-ilmiy dan jamaa`ah sekalian rahimaniy wa rahimakumullah `Azza wa Jalla, demikian juga Al Imam Abu Daawuud dalam “Sunan-nya” menjelaskan kepada kita tentang disyari`atkannya memakai kunyah, kata beliau dalam: “Bab yang menjelaskan tentang seorang lelaki yang tidak mempunyai anak memakai kunyah.”

Dari Anas bin Maalik, berkata dia: “Rasulullah shollallahu `alaihi wa sallam pernah masuk ke rumah kami dan saya mempunyai yang kecil yang berkunyah Aba `Umeiir. Dia memiliki seekor burung kecil dan dia bermain dengannya. Pada suatu hari datang lagi An Nabiy shollallahu `alaihi wa sallam ke rumahnya dan beliau melihatnya dalam keadaan sedih, maka berkatalah Rasulullah shollallahu `alaihi wa sallam:
“Kenapa dia?”
Mereka menjawab: “Telah mati burungnya yang kecil itu.”
Lantas Rasulullah shollallahu `alaihi wa sallam berkata: “Ya Aba `Umeiir, apa yang terjadi dengan an nugeiir?”
[Hadist dikeluarkan oleh : Al Imam Al Bukhariy (7/133 no. 6129, dan hal. 155 no. 6203)-“Baab Al Kunyah Lisshobiy wa Qabla An Yuulad Lirrajuli”
(Bab kunyah bagi anak yang masih kecil dan sebelum dilahirkan bagi seorang lelaki tersebut), Muslim (3/1692 no. 2150), Abu Daawuud (5/251-252 no. 4969), At Tirmidziy (2/154 no. 333 dan 4/314 no. 1989), berkata Abu `Iisaa: “Hadist Anas hadist hasan shohih,” Ibnu Maajah (2/1226 no. 3720).
Berkata Al Imam Al Khatthaabiy rahimahullahu t`aalaa ketika beliau menerangkan diantara fiqhi hadist ini adalah: “Bahwa Rasulullah shollallahu `alaihi wa sallam memanggil kunyahnya, sedangkan dia tidak mempunyai anak, maka hal ini bukanlah termasuk dalam bab dusta.]
Kunyah Disyari`atkan walau Seseorang Tidak Punya Anak

Imam Ahlus Sunnah wal Jamaa`ah dan Mujaddid pada abad ini, As Syaikh Muhammad Naashiruddiin Al Albaaniy rahimahullahu ta`aalaa telah menjelaskan tentang “Masyruu`iyyatut Takannaa” di dalam kitab beliau “as shohiihah” dengan judul:
“At-Takannaa Mimman laisa lahu Walad.”
Artinya: (Berkunyah, disyari`atkannya memakai kunyah bagi seseorang walaupun dia tidak ada anak).
Berkata As Syaikh Al Albaaniy rahimahullahu ta`aalaa bahwa hadith di awal pembahasan di atas menunjukkan bahwa kunyah disyariatkan juga bagi mereka yang sudah menikah namun tidak memiliki anak:
“Dan hadist ini menunjukan akan “masyruu`iyyatut takannaa” (disyari`atkan memakai kunyah) walaupun bagi seseorang yang tidak mempunyai anak. Dan ini merupakan adabun islaamiyyun (adab islam) yang tidak ada pada ummat ummat yang lainnya sepanjang pengetahuan saya, maka atas kaum muslimiin hendaklah mereka berpegang teguh dengannya, baik dari kalangan kaum lelaki maupun kaum wanita, kemudian hendaklah mereka meninggalkan segala bentuk adat istiadat orang orang kuffar yang telah menyelusup, seperti “Al Beiik,” “Al Afandiy,” “Al Baasyaa,”dan selainnya.”
Thullabul-ilmiy hafizhakumullah tabaaraka wa ta`aalaa…
Hadist Nabi kita shollallahu `alaihi wa sallam di atas, yang telah memberi kunyah kepada Ummul Mu`miniin `Aaisyah radhiallahu `anha yaitu “Ummu `Abdillah,” merupakan dalil bahwa kunyah disyari`atkan juga bagi seseorag yang tidak memiliki anak, karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwa `Aaisyah radhiallahu `anha tidak mempunyai anak sama sekali, namun Nabi shallallahu`alaihi wasallam memberinya kunyah yakni Ummu `Abdillah.
Demikian juga yang telah dijelaskan oleh As Syaikh Al Baaniy di atas.

Sumber :
http://syababpetarukan.wordpress.com

Hukum Mengcopy Program atau Buku

Tanya : Apakah diperbolehkan mengkopi program komputer yang bersamaan dengan itu, perusahaan dan sistem/peraturan tidak memperbolehkannya ? Apakah hal itu bisa diperhitungkan sebagai satu bentuk monopoli ? Mereka menjualnya dengan harga yang mahal, namun jika mereka menjual dalam bentuk kopian, maka mereka bisa menjualnya dengan harga yang lebih murah ?

Jawab : Apakah program itu adalah program Al-Qur’an ?

Tanya : Program komputer secara umum.

Jawab : Apakah program itu adalah program Al-Qur’an ?

Tanya : Program Al-Qur’an, hadits, dan banyak program lainnya.

Jawab : Apakah yang engkau maksud adalah isi dari program tersebut ?

Tanya : Ya, apa-apa yang termuat dalam CD-nya.

Jawab : Apabila negara melarangnya, maka tidak diperbolehkan mengkopinya, karena Allah telah memerintahkan kita untuk mentaati waliyyul-amri, kecuali dalam hal kemaksiatan kepada Allah. Dan pelarangan pengkopian bukan termasuk perbuatan maksiat kepada Allah. Adapun dari sisi perusahaan, maka aku berpendapat bahwa jika seseorang mengkopi hanya untuk dirinya sendiri, maka tidak mengapa. Namun jika ia mengkopinya untuk diperdagangkan, maka tidak boleh, karena itu akan merugikan bagi yang lain. Perbuatan itu menyerupai penjualan terhadap penjualan seorang muslim. Karena jika mereka menjualnya dengan harga seratus, kemudian engkau mengkopinya dan menjualnya dengan harga limapuluh, maka ini namanya penjualan terhadap penjualan saudaramu.

Tanya : Dan apakah diperbolehkan saya membelinya kopian dengan harga limapuluh dari pemilik toko ?

Jawab : Tidak diperbolehkan, kecuali jika engkau ketahui bahwa si penjual telah memperoleh idzin. Namun jika ia tidak punya bukti (bahwa ia telah diijinkan), maka ini termasuk anjuran untuk berbuat dosa dan permusuhan.Tanya : Apabila ia tidak mempunyai ijin – jazaakallaahu khairan ?Jawab : Seandainya engkau tidak mengetahuinya, kadang-kadang seseorang memang tidak mengetahuinya, dan ia melewati sebuah toko, lalu ia membeli sedangkan ia tidak tahu; maka tidak mengapa dengannya. Orang yang tidak tahu, maka tidak ada dosa baginya”.[Silsilah Liqaa’ Al-Baab Al-Maftuuh, juz 178]http://www.sahab.net/forums/showthread.php?t=348387

Di lain kesempatan beliau juga berkata :

…….يبقى عندي إشكال فيما إذا أراد الإنسان أن ينسخ لنفسه فقط دون أن يصيب هذه الشركة بأذى ، فهل يجوز أو لا يجوز ؟ الظاهر لي إن شاء الله أن هذا لا بأس به ما دُمت لا تريد بذلك الريع و إنما تريد أن تنتفع أنت وحدك فقط فأرجو أن لا يكون في هذا بأس على أن هذا ثقيلة علي ، لكن أرجو أن لا يكون فيها بأس إن شاء الله ……“

….. Tinggallah satu permasalahan bagiku atas orang yang ingin mengkopinya bagi dirinya sendiri saja tanpa menimbulkan kerugian bagi perusahaan yang bersangkutan. Apakah diperbolehkan atau tidak (jika ia mengkopinya tanpa ijin darinya) ? Yang nampak bagiku, insya Allah, bahwa hal ini tidaklah mengapa selama tidak ditujukan mengambil keuntungan. Engkau hanya ingin mengambil manfaat bagi dirimu saja, maka aku berharap hal itu tidak mengapa, walaupun itu berat bagiku. Akan tetapi, aku berharap bahwa hal itu tidak mengapa, insya Allahu ta’ala….. “ [lihat : http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=13646].Ada fatwa lain semisal dari Asy-Syaikh Dr. Sa’d bin ‘Abdillah Al-Humaid hafidhahullah :

Tanya : Apabila seseorang mengkopi kitab atau program dalam bentuk CD tanpa ada ijin dari si Penulis atau perusahaan/penerbit, bahkan jika si Penulis atau perusahaan/penerbit itu bukan dari kalangan muslim. Apakah hal itu diperbolehkan atau tidak ?

Jawab : Mengkopi kitab atau CD dengan tujuan untuk diperdagangkan atau merugikan si Penulis asli, maka tidak diperbolehkan. Adapun jika seseorang membuat satu kopian bagi dirinya sendiri, maka kami berharap hal itu tidak apa-apa. Namun meninggalkan perbuatan tersebut lebih utama dan lebih baik. [sumber : http://islamqa.com/ar/ref/21927].

Asy-Syaikh Dr. ‘Abdullah Al-Faqiih hafidhahullah menjelaskan bahwa sebagian ulama membolehkan untuk mengkopi untuk dirinya sendiri saja, khususnya bagi para penuntut ilmu yang terhalang untuk mendapatkan barang yang orisinal karena ketiadaan wujud barangnya (yang asli) di negerinya, atau karena harganya yang mahal (lihat : http://www.islamweb.net/ver2/Fatwa/ShowFatwa.php?lang=A&Id=13169&Option=FatwaId dan http://www.islamweb.net/ver2/Fatwa/ShowFatwa.php?lang=A&Id=3932&Option=FatwaId). Lihat pula fatwa Asy-Syaikh Firkuuz hafidhahullahu ta’ala yang ternukil dalam diskusi http://www.sahab.net/forums/showthread.php?t=349221 (komentar no. 26).

Penulis: Abu Al-Jauzaa’

Artikel www.abul-jauzaa.blogspot.com, dipublish ulang oleh www.muslim.or.id

Tuesday 29 March 2011

Jebakan di Facebook Gunakan Teknik XSS


Para pengguna situs jejaring sosial Facebook dua hari belakangan ini diresahkan oleh serangan script jahat yang menyebar luas. Dari pemantauan, diketahui bahwa serangan tersebut menyebar dengan memanfaatkan teknik XSS (Cross Site Scripting).

Jika pengguna mengklik link yang diberikan – dan umumnya menggunakan url shortener seperti bit.ly, tinyurl.com, go.gl dan lain-lain – maka korban akan diantarkan ke halaman situs yang sebelumnya telah disiapkan mengandung eksploitasi XSS.

Menurut Alfons Tanujaya, pengamat virus dan keamanan dunia maya dari Vaksincom, pembuat XSS ini jelas orang Indonesia dan mengikuti perkembangan berita, khususnya sepakbola di Indonesia.

“Dengan memanfaatkan isu terkini dan menjadikannya rekayasa sosial (social engineering) yang canggih, maka tidak heran kalau banyak orang yang tertarik terhadap link yang dijanjikan dan berharap melihat sesuatu yang lucu dari link tersebut,” ucap Alfons pada keterangannya, 29 Maret 2011.

Tetapi, Alfons menyebutkan, alih-alih gambar lucu yang di dapatkan, yang terjadi malah pengakses link ini menjadi korban XSS. “Secara otomatis, script tersebut akan melakukan posting pada akun Facebook-nya,” ucapnya.

Meski demikian, Alfons menyebutkan, melihat metode XSS yang digunakan, kemungkinan besar script ini tidak melakukan aksi mencuri password.

“Tindakan yang diambil pelaku mirip dengan aksi yang dilakukan oleh penyebar Firesheep,” kata Alfons. “Mereka mencuri cookie sesama pengguna Wifi lain tanpa mengetahui passwordnya dan menggunakannya untuk login ke akun-akun Facebook, Twitter dan Yahoo Mail yang tidak menggunakan pengamanan https,” ucapnya.

Namun, kata Alfons, demi alasan keamanan dan berjaga-jaga, Anda yang pernah mengklik link ini disarankan untuk mengganti password akun Facebook Anda.

Seperti diketahui, alat yang digunakan, yakni URL shortener atau penyingkat URL sendiri sebenarnya diciptakan untuk tujuan yang baik. URL shortener dapat menyingkat alamat URL yang panjang menjadi sangat pendek. Tetapi ibarat dua sisi mata pedang, URL shortener menjadi marak digunakan oleh spammer, pembuat virus dan malware.

“Berhubung alamat asli URL shortener ini sama sekali tidak bisa di lihat dan dengan sekali klik link yang diberikan oleh URL shortener tersebut, maka kita akan diantarkan ke alamat situs yang telah di daftarkansebelumnya oleh pembuat URL shortener ini,” ucap Alfons.

Jika situs tersebut mengandung kode jahat seperti XSS yang sedang marak di Facebook saat ini, maka script ini akan mampu membuat korbannya secara otomatis melakukan posting secara otomatistanpa disadari oleh pemilik akun.

Karena itu, pengguna internet diharapkan untuk berhati-hati saat mendapatkan link yang mengandung URL shortener seperti bit.ly, tinyURL.com, goo.gl dan penyingkat URL lainnya. (SJ)
• VIVAnews

Komik Strip Internet Explorer 9 vs Firefox 4


Ada jokes klasik di kalangan web-designer terkait persaingan browser internet. Mungkin karena sering bermasalah dengan Internet Explorer, setiap fresh installment (Windows) pasti si browser IE hanya digunakan untuk mendownload installer Firefox.

Tapi sepertinya jokes di atas lama-kelamaan mulai berkurang seiring dengan perbaikan pesat Internet Explorer. Bukan bermaksud mengungkit-ungkit zaman perang browser, tapi terpaut beberapa hari setelah IE 9 dirilis, si Firefox 4 yang dinanti juga hadir. Tentu saja head-to-head dan komparasi hangat muncul lagi bukan?

Bukan hanya membandingkan jumalh download mana yang lebih banyak antara IE 9 atau Firefox 4. Komparasi semodern dan sejauh mana masing-masing browser siap menyongsong HTML5 dan CSS3 juga bakal mengemuka. Kombinasi fitur yang paling efektif dan efisien akan menjadi taruhan.

sumber:http://chickenstrip.wordpress.com/

Saturday 26 March 2011

DR. Zakir Naik ~ My Great Teacher


Dr Zakir Naik lahir di Mumbai, India pada 18 Oktober, 1965. Ia mendapatkan gelar kedokterannya dari Universitas Mumbai tetapi sebagai orator dalam Islam dan Agama Komparatif bahwa ia telah menjadi terkenal di seluruh dunia. Inspirasinya adalah Muslim Cendekia akhir Sheikh Ahmed Deedat yang meninggal pada tahun 1996 di Afrika Selatan setelah menderita stroke.

Dr Zakir Naik adalah tokoh populer di berbagai satelit dan saluran TV lainnya International di seluruh dunia dan ia menjawab pertanyaan dari para pendengarnya tentang Islam menggunakan Al-Quran dan Hadis otentik. Dia telah belajar ini dengan hati dan masing-masing jawabannya divalidasi dengan jumlah yang tepat dari Sura seperti yang muncul dalam Alquran. Pengetahuannya meluas tidak hanya untuk Alkitab dan Taurat (kitab suci Yahudi) tetapi juga termasuk kitab suci India seperti Mahabharata dan Gita Bhagwat. Selain pengetahuan yang luas agamanya ia juga telah mempelajari fakta-fakta ilmiah dan matematis dengan jantung dan ini digunakan dalam kuliah untuk membalas pertanyaan yang diajukan oleh penonton. Para penonton tidak hanya terdiri dari Muslim Non Muslim tetapi sama.

Dr, Zakir Naik telah melakukan perjalanan ke negara di seluruh dunia seperti Amerika Serikat, Amerika Selatan, Inggris, Arab Saudi, Kuwait, Australia, Hong Kong, Malaysia, Thailand dan Singapura untuk memberikan kuliah umum. Salah satu perdebatan yang terkenal adalah dengan Sri Sri Ravishankar (pemimpin spiritual dan kemanusiaan dari India) tentang "Konsep Tuhan antara Hindu dan Islam sesuai dengan Kitab Suci" dan dialog terkenal dengan Dr William Campbell dari Amerika Serikat pada topik "yang Quran dan Alkitab dalam terang ilmu "penonton Nya meliputi kepribadian terkenal, para pemimpin politik dan ulama.

Pada tahun 1991 ia mendirikan Yayasan Riset Islam yang merupakan non profit membuat kepercayaan amal dan sebagai Ketua ia aktif mempromosikan pemahaman Islam melalui saluran televisi, program radio, internet dan melalui kata-kata tertulis. Beberapa buku-bukunya termasuk 'Apakah kata Tuhan Quran', 'Islam dan Terorisme' dan 'Quran dan Sains Modern'. Tujuan Yayasan adalah untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam dan ia melakukan hal ini melalui pengetahuan intensif tentang Quran dan Hadis. DVD dan rekaman video dari kuliah dan perdebatan yang tersedia di www.irf.net.

Baru-baru ini Dr Naik telah memperluas undangan untuk Paus Benediktus XVI memiliki dialog antaragama terbuka di depan khalayak dunia pada Quran dan Alkitab. Undangan belum diterima.

Friday 25 March 2011

Gambar Embrio Buatan Haeckel Adalah Pemalsuan


Dalam bukunya tahun 1868 Natürliche Schöpfungsgeschichte (Sejarah Penciptaan Alamiah) Ernst Haeckel menjelaskan bahwa ia telah membuat berbagai macam perbandingan menggunakan embrio manusia, monyet dan anjing. Gambar-gambar yang ia hasilkan berupa embrio-embrio yang hampir serupa. Berdasarkan gambar-gambar ini, Haeckel lalu menganggap bahwa makhluk-makhluk hidup tersebut memiliki asal-usul yang sama.
Tetapi keadaan sebenarnya sangatlah berbeda. Haeckel telah membuat gambar hanya dari sebuah embrio, dan kemudian membuat embrio manusia, monyet dan anjing dari gambar tersebut dengan melakukan perubahan-perubahan yang sangat kecil. Dengan kata lain, hal tersebut adalah sebuah kebohongan.

Itulah yang dikemukakan sebagai “karya ilmiah” (!) yang dikutip oleh Darwin sebagai rujukan dalam bukunya The Descent of Man (Garis Keturunan Manusia). Pada kenyataannya, sebagian orang telah menyadari bahwa gambaran Haeckel adalah sebuah penyimpangan bahkan sebelum Darwin menulis bukunya. Menyusul pemaparan kebohongan tersebut, Haeckel sendiri telah mengakui kebohongan ilmiah besar yang telah ia lakukan:

Setelah pengakuan penengahan dari ‘pemalsuan’ ini saya semestinya patut menganggap diri saya sendiri terkutuk dan terbinasakan jika saja saya tidak memiliki pelipur lara dengan melihat secara berdampingan dengan saya di ruang tahanan ratusan orang – penjahat, di antara mereka banyak yang merupakan pengamat paling tepercaya dan ahli biologi paling terhormat. Sebagian besar dari gambar-gambar di buku pelajaran, acuan dan jurnal biologi terbaik akan mengundang tuduhan ‘pemalsuan’ setimpal, karena kesemuanya itu tidak cermat, dan kurang atau lebih diselewengkan, diubah dan direkayasa. [i]

Tetapi demi menjaga agar ajaran Darwinisme tetap tertopang kokoh, terdapat kebutuhan untuk menyatakan bahwa satu dari bukti-bukti palsu yang ada di tangan mereka itu adalah benar-benar “bukti evolusi”. Penipuan yang dilakukan atau pengetahuan Darwinis tentang hal itu bukanlah hal penting; yang penting dalam pandangan Darwinis adalah agar hal tersebut digembar-gemborkan sebagai bukti evolusi, sekalipun itu penipuan.

Walaupun penipuan itu telah terbongkar, Darwin dan para pakar biologi yang mendukungnya terus menganggap gambar-gambar Haeckel sebagai sumber rujukan. Dan itu semakin membuat Haeckel bersemangat. Pada tahun-tahun berikutnya dia membuat serangkaian gambar perbandingan embrio selanjutnya. Ia menyajikan gambar-gambar yang menunjukkan embrio-embrio ikan, salamander (sejenis kadal amfibi), kura-kura, ayam, kelinci, dan manusia secara berdampingan. Sisi yang layak dicermati tentang hal ini adalah bagaimana embrio-embrio dari makhluk-makhluk hidup yang berbeda ini pada awalnya sangat menyerupai satu sama lain dan secara bertahap berubah menjadi semakin berbeda seiring proses perkembangannya.

Kemiripan antara embrio manusia dengan embrio ikan pada khususnya sungguh sangatlah mencolok. Begitu hebatnya sehingga “insang” bohongan dapat terlihat pada gambar embrio manusia, sebagaimana terlihat pada embrio ikan. Dengan kedok ilmiah yang dia berikan pada gambar-gambar ini, Haeckel mengajukan “ teori rekapitulasi”nya: Ontology Repeats Phylogeny (Ontologi Mengulangi Filogeni). Arti dari slogan itu adalah sebagai berikut; menurut Haeckel, selama proses perkembangan yang dialami di dalam telur atau rahim induk, semua makhluk hidup mengulang “sejarah evolusi” spesiesnya, dari awal permulaan sekali. Sebagai contoh, embrio manusia di rahim ibu pertama-tama menyerupai ikan dan kemudian, pada minggu-minggu berikutnya, menyerupai salamander, reptil dan mamalia, dan pada akhirnya “berevolusi” menjadi manusia.



Tapi ini adalah penipuan akbar.

Pada tahun 1900-an ahli embriologi Inggris Michael Richardson meneliti embrio vertebrata dengan mikroskop dan menyimpulkan ketidakmiripan dengan gambaran Haeckel. Menindaklanjuti penelitian mereka, Richardson dan timnya menerbitkan foto-foto asli embrio-embrio di jurnal Anatomy and Embryology terbitan Agustus 1997. Terlihat bahwa Haeckel telah mengambil bermacam-macam rancangan pola dan mengubahnya dengan berbagai cara agar embrio-embrio tersebut menyerupai satu sama lain. Dia menambahkan organ-organ khayalan pada embrio, menghilangkan organ dari embrio yang lain dan menggambarkan embrio-embrio yang berbeda ukuran sebagai embrio yang memiliki skala sama. Celah yang digambarkan Haeckel sebagai insang pada embrio manusia nyatanya tidak ada hubungannya sama sekali dengan insang. Celah itu sebenarnya adalah saluran telinga bagian tengah dan permulaan dari kelenjar paratiroid dan kelenjar timus. Embrio-embrio tersebut pada kenyataannya sama sekali tidak menyerupai satu sama lain. Haeckel telah membuat segala macam pengubahan pada gambaran-gambarannya.

Sebuah artikel tentang gambar gambar Haeckel, yang telah lama dipertahankan dalam daftar sebagai bukti palsu evolusi, muncul di majalah Science edisi 5 September 1997 dengan judul “ Haeckel’s Embryos: Fraud Rediscovered (Embrio-embrio Haeckel: Penipuan Diungkap Kembali),” yang setelahnya seluruh kalangan dunia ilmiah sependapat bahwa telah terjadi pemalsuan. Artikel tersebut berisi baris-baris berikut:

Tidak hanya Haeckel telah menambahkan atau menghilangkan ciri-ciri, papar Richardson dan rekan-rekannya, tetapi ia juga telah memalsukan ukurannya untuk membesar-besarkan kemiripan antara spesies-spesies, bahkan ketika terdapat perbedaan 10 kali lipat dalam ukuran. Haeckel lebih lanjut mengaburkan perbedaan dengan cara tidak menamai spesies dalam kebanyakan kasus, seolah-olah satu sampel cukup akurat untuk mewakili seluruh kelompok hewan. Dalam kenyataannya, Richardson dan rekan-rekannya mencermati, bahkan embrio-embrio yang berkerabat dekat seperti embrio-embrio ikan sedikit berbeda dalam tampilan dan alur perkembangannya. “Sepertinya, itu (gambar-gambar Haeckel) menjadi salah satu pemalsuan paling terkenal dalam bidang biologi,” [ii]

Pada bulan Maret tahun 2000 evolusionis dan paleontolog dari Universitas Harvard, Stephen Jay Gould, mengatakan bahwa ia telah lama mengetahui penipuan ini. Tetapi ia memilih untuk tetap diam, sebagaimana diharuskan oleh sistem Dajjal. [iii] Segera setelah masyarakat mengetahui bahwa gambar-gambar itu palsu, Gould menyatakan bahwa adalah sebuah pembunuhan akademis untuk tetap menggunakan gambar-gambar itu dan mengatakan : “Kita memang, menurut saya, memiliki hak untuk terkejut dan dipermalukan sekaligus oleh abad pendaur-ulangan ceroboh yang menyebabkan tetap tampilnya gambar-gambar ini di banyak, jika bukan kebanyakan, buku pelajaran modern.” [iv]

Penipuan Haeckel sedemikian nyata dan sedemikian besar sehingga ia didakwa penipuan oleh lima profesor berbeda dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan Universitas Jena. [v]

Sir Gavin de Beer, dari Museum Sejarah Alam Inggris, menggambarkan perbuatan sangat memalukan ini sebagai berikut:

“Jarang-jarang pernyataan seperti pada ‘Teori Rekapitulasi’ Haeckel, yang mudah, rapi dan masuk akal, diterima secara luas tanpa pemeriksaan kritis, telah mengakibatkan banyak kerusakan kepada ilmu pengetahuan.” [vi]

Gambar-gambar palsu buatan Haeckel ini pada kenyataannya mencapai tujuan yang diinginkan atas nama evolusi. Walaupun telah dinyatakan palsu, gambar-gambar itu tetap memiliki dampak buruk karena banyak orang yang menganggap gambar-gambar tersebut asli, dan walaupun tidaklah absah secara ilmiah gambar-gambar itu tetap secara merugikan telah mengubah pandangan umum tentang manusia dan diri mereka sendiri pada orang-orang yang masih menuntut ilmu di sekolah-sekolah. Henry M. Morris, pendiri Creation Research Society dan Institute of Creation Research mengkaji keadaan ini dalam kalimat berikut:

Sejak Darwin – dan terutama sejak Freud – psikolog telah beranggapan bahwa manusia hanyalah binatang yang berevolusi dan telah meneliti masalah perilaku berlandaskan pijakan hewaniyah. Percobaan dengan monyet atau binatang lain (bahkan dengan serangga) digunakan sebagai panduan untuk menangani masalah-masalah manusia...

Buah pahit dari teori rekapitulasi itu (yang sejak lama tidak dipercaya secara ilmiah) terus berkembang di banyak wilayah masyarakat… [vii]

Cukup mengherankan, gambar-gambar palsu Haeckel, yang digambarkan sebagai aib ilmiah memalukan dan disikapi dengan keheranan bahkan oleh sebagian evolusionis ketika ditampilkan sebagai bukti, tetap bertahan di tempatnya di berbagai buku pelajaran. Keadaan mengejutkan ini menunjukkan besaran sesungguhnya penipuan Darwinis. Ahli biologi molekuler dari Universitas California Jonathan Wells menggambarkan keadaannya sebagai berikut:

Banyak buku pelajaran menggunakan embrio buatan Haeckel yang sedikit diubah. Salah satu contohnya adalah edisi tahun 1999 buku Biologi karangan Peter Raven dan George Johnson, yang menyertakan keterangan ini pada gambar-gambarnya: “Perhatikanlah bahwa tahap-tahap embrionik awal dari vertebrata-vertebrata ini menunjukkan kemiripan mencolok antara satu dengan yang lain.” Buku pelajaran itu juga memberitahu siswa: “Sebagian dari bukti anatomis terkuat yang mendukung evolusi berasal dari perbandingan mengenai bagaimana organisme berkembang. Dalam banyak kasus, sejarah evolusi suatu organisme dapat diketahui menunjukkan penampakan seiring perkembangannya, dengan embrio yang menunjukkan cirri-ciri dari embrio leluhurnya.”

Contoh lain termasuk edisi 1998 buku Biologi karangan Cecie Starr dan Ralph Taggart:The Unity dan Diversity of Life, yang menyertai gambar-gambar itu dengan penyataan salah berbunyi “embrio permulaan vertebrata sangat menyerupai satu sama lain;” edisi terakhir dari buku Biological Science karya James Gould dan William Keeton, yang memuat: “Satu fakta embriologi yang mendorong Darwin ke arah gagasan evolusi adalah bahwa embrio awal dari sebagian besar vertebrata sangatlah menyerupai satu sama lain;” dan buku teks Burton Guttman tahun 1999, Biology, yang menemani salinan gambar ulang dari embrio buatan Haeckel dengan pernyataan berikut: ”Perkembangan embrionik suatu binatang memiliki petunjuk tentang bentuk nenek moyangnya.” [viii]

Fakta bahwa gambar-gambar palsu Haeckel masih tetap digunakan di buku pemalsuan biologi, seolah-olah merupakan bukti evolusi, tidak diragukan lagi bukanlah kesalahan sederhana. Walaupun hasil pemalsuan, gambar-gambar ini secara sengaja dimasukkan dalam buku-buku pelajaran. Alasan utama untuk hal ini tidak diragukan lagi adalah karena gambar-gambar itu menampilkan bukti-bukti palsu atas kunci utama Darwinisme, kepalsuan yang menyatakan bahwa manusia adalah binatang yang tidak memiliki tanggung jawab. Jonathan Wells membuat ulasan tentang kebohongan ini yang secara sengaja dipertahankan oleh para ilmuwan Darwinis:

Embrio-embrio Haeckel tampaknya memberikan bukti sedemikian sangat kuat bagi teori Darwin sehingga sebagian turunan gambar itu dapat ditemukan di hampir semua buku pelajaran modern yang membahas evolusi. Tetapi para ahli biologi telah mengetahui lebih dari seabad bahwa Haeckel memalsukan gambar-gambarnya; embrio vertebrata tidak pernah terlihat semirip buatannya. Lebih jauh lagi, tahap yang Haeckel beri tanda sebagai “awal” sebenarnya berada di tengah-tengah perkembangan; kemiripan yang ia besar-besarkan didahului oleh perbedaan mencolok di tahap-tahap lebih awal perkembangan. Walaupun Anda mungkin tidak pernah mengetahuinya dari membaca buku pelajaran biologi, “sehimpunan fakta terkuat” milik Darwin adalah sebuah contoh yang bertahan lama tentang bagaimana bukti bisa dipelintir agar cocok dengan suatu teori. [ix]

Walaupun kaum Darwinis bersukacita dalam waktu singkat karena kebohongan yang direncanakan oleh dajjal telah diajukan sebagai bukti palsu untuk teori sesat dan telah menimbulkan dampak yang sedemikian, kebohongan itu pada kenyataannya mempertunjukkan kekecewaan besar bagi mereka. Melalui gambar-gambar Haeckel, orang-orang menyaksikan ukuran penipuan yang bakal ditempuh seorang ilmuwan kawakan atas nama Darwinisme. Sehingga hal itu sekali lagi membuktikan bagaimana Darwinisme senantiasa membutuhkan “kebohongan”. Orang-orang dapat secara jelas melihat bagaimana evolusionis menolak mengakui pemalsuan. Penipuan Haeckel adalah satu lagi potongan bukti penting dari kehancuran teori evolusi dan sistem dajjal. Penipuan ini boleh saja dihadapi oleh kebisuan di abad ke-20, namun abad ke-21 telah menyaksikan hal ini dan penipuan-penipuan serupa terbongkar dan bukti ilmiah asli diperlihatkan. Semakin banyak kepalsuan yang telah terbongkar dan semakin banyak bukti ilmiah asli yang dihasilkan, bertambah hancurnya Darwinisme telah menjadi semakin nyata.

Kisah Mengagumkan Tawon Bermadu


Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yanng telah dimudahkan (bagimu)". Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl 68, 69)

Banyak orang tahu bahwa madu merupakan sumber gizi yang penting bagi tubuh manusia, namun sedikit sekali orang yang menyadari betapa mengagumkan karakteristik produsen madu itu sendiri yaitu tawon.

Sumber makanan tawon adalah nektar (minuman dari sari bunga) yang tidak mungkin didapatkan pada musim dingin. Maka dari itu tawon mencampur nektar tsb dengan sekresi khususnya sehingga menghasilkan sumber makanan baru, yaitu madu yang dapat menjadi persediaan makanan baginya untuk musim dingin yang panjang.

Yang menarik perhatian di sini adalah bahwa madu menyimpan persediaan madu jauh lebih banyak dari yang sebenarnya ia butuhkan. Sudah pasti pertanyaan yang muncul adalah mengapa tawon tidak bosan/berhenti dari aktifitas produksi yang berlebihan ini, karena jelas bagi tawon untuk membuang waktu dan tenaga. Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada wahyu ilahi yang diterima oleh tawon,
sebagaimana disebutkan pada ayat Qur'an di atas.

Tawon memproduksi madu tidak hanya untuk dirinya saja namun juga bagi manusia. Oleh karenanya, seperti beberapa hewan di muka bumi, tawon juga diciptakan demi khidmat kepada manusia. Sebagaimana ayam bertelor setiap hari meskipun ayam tidak membutuhkan atau sapi yang menghasilkan susu dalam jumlah besar jauh yang dibutuhkan oleh anaknya.

Organisasi kawanan tawon yang sempurna

Kehidupan kawanan tawon dalam sarangnya dan kegiatan produksi madu mempunyai detail yang luar biasa. Tanpa membahas lebih jauh, marilah kita lebih mengenal sifat dan karakteristik "kehidupan sosial" tawon. Tawon memiliki "tugas" banyak yang harus dikerjakan yang mana semuanya diatasi dengan organisasi yang prima.

Pengaturan kelembaban dan ventilasi udara

Kelembaban sarang tawon yang menjadikan madu berkualitas dan terlindungi harus dipertahankan dalam batas tertentu sepanjang waktu.
Sedikit berubah tingkat kelembaban menjadi di atas atau di bawah limit, akan dapat merusak kualitas gizi dan hilang proteksinya. Demikian pula, temperatur sarang tawon harus 32°C selama 10 bulan. Untuk menjaga agar konstan tingkat temperatur dan kelembaban dalam batas-batas tertentu ini, "kelompok ventilasi" tawon ditunjuk untuk melaksanakan tugas penting ini.

Selama musim panas, sangatlah mudah kita dapat mengamati bagaimana tawon memberikan ventilasi sarangnya. Pintu sarang tawon dipadati oleh tawon. Dengan bertahan hinggap di lantai kayu, tawon mengipasi sarangnya dengan menggunakan sayapnya. Dalam suatu standar sarang tawon, udara yang masuk dari satu sisi dipaksa untuk keluar dari sisi lain. Tawon ventilator tambahan juga bekerja menyebarkan arus udara di sekitarnya.

Sistim ventilasi yang sama dipakai untuk menjagai sarang tawon dari bahaya asap dan polusi udara.

Sistim kesehatan

Usaha tawon untuk menjaga kualitas madu tidak hanya dibatasi pada pengaturan kelembaban dan penkondisian udara saja. Sistim kesehatan yang mengagumkan juga terjadi di sarang tawon untuk menghindari kejadian apapun yang mengkin dapat menghasilkan sumber lahirnya bakteri. Prinsip dasar sistim kesehatan ini adalah untuk menghindari barang asing yang dapat masuk dalam sarang tawon. Karena itu selalu ada dua pengawal di depan pintu masuk sarang. Jika ada barang asing ataupun serangga yang akan memasuki sarang tawon meskipun sudah ada usaha preventif ini, maka semua tawon awas sekali dan mengeluarkannya dari sarangnya.

Untuk barang asing lebih besar yang tidak dapat dibawa keluar sarangnya, mekanisme preventif yang lain dimulai. Untuk keadaan yang demikian ini tawon menghasilkan sesuatu yang disebut "propolis (damar tawon)". Tawon membentuk propolis yang mengumpulkan damar dari pepohonan seperti pohon cemara, poplar, akasia; kemudian menggabungkan ini dengan sekresi khususnya. Kelebihan yang mendasar dari propolis adalah kemampuannya untuk tidak melindungi bakteri di dalamnya. Substansi seperti ini dibungkus dengan propolis setebal 1.5 mm, sehingga terisolasi dari sarang tawon.

Damar tawon yang sama digunakan untuk menambal sarang yang pecah. Damar bereaksi dengan udara dan membentuk permukaan yang keras setelah mengering dalam waktu yang sangat pendek.

Jelas sekali kita dapat menyadari bahwa sistim yang diimplementasikan oleh tawon untuk menjaga sarangnya memerlukan kesadaran dan intelejensi yang tinggi. Yang lebih menarik adalah cairan damar yang dikeluarkan oleh tawon untuk perlindungan dari bakteria. Meskipun kita bisa menganggap bahwa tawon mengeluarkan cairan ini "secara sadar" untuk membungkus partikel asing, namun bagaimana mungkin menyediakan penjelasan atas pertanyaan berikut: 'bagaimana tawon menambahkan kualitas anti-bakteri ke cairan yang dikeluarkan oleh tubuhnya'. Apakah manusia, -yang sudah pasti lebih intelijen dari tawon- memiliki kemampuan untuk memberikan kualitas anti-bakteri ke dalam sekresi tubuh manusia sendiri?
Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman.Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (QS. Yaasiin 72, 73)

Keajaiban Hujan


Hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat. Hujan–yang memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia–disebutkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya.

Informasi ini, yang tidak mungkin diketahui manusia di zamannya, menunjukkan kepada kita bahwa Al-Qur’an merupaka kalam Allah. Sekarang, mari kita kaji informasi-informasi tentang hujan yang termaktub di dalam Al-Qur’an.

Kadar Hujan

Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam “ukuran tertentu”. Sebagaimana ayat di bawah ini:

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, (43):11)

“Kadar” yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut “ukuran” tertentu.

Pengukuran lain yang berkaitan dengan hujan adalah mengenai kecepatan turunya hujan. Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh menimpa tanah dengan kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, pemukiman, perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan ekstra. Terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter. Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pada kecepatan yang mampu merusak apa saja.

Namun tidak demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun, kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan krtika mencapai “batas” kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang dengan menggunakan teknik ini).

Tak sebatas itu saja “pengukuran” tentang hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol. Meskipun demikian, tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya merupakan ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.) Alasan tidak membekunya tetesan-tetesan hujan tersebut adalah karena air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita ketahui, bahwa air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun.

Pembentukan Hujan

Bagaimana hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu yang lama. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat dipahami tahapan-tahapan pembentukan hujan. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara. Kemudian terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul.

Tahapan-tahapan ini secara terperinci telah tertulis dalam Al-Qur’an berabad-abad tahun lalu sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan:

“Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum, (40):48)

Sekarang, mari kita lihat pada tiga tahapan yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

Tahap Pertama: “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..”

Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini –yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan mengumpulkan uap air (yang naik dari lautan sebagai tetesan-tetesan oleh sebuah proses yang dikenal dengan “JebakanAir”) di sekelilingnya.

Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal…..”

Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan.

Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.”

Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Qur’an. Terlebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al-Qur’an lah yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain itu, Al-Qur’an telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia berabad-abad sebelum sains sanggup mengungkapnya.

Wednesday 23 March 2011

Hormat kepada Bendera HARAM !!!


Salah satu ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Ridwan, berpendapat bahwa memberikan hormat kepada bendera adalah tindakan yang tidak diperbolehkan.

Dia berpendapat, manusia tidak sewajarnya menghormati sebuah benda, termasuk bendera. Menurut dia, yang seharusnya dihormati adalah orang yang lebih tua dari kita secara usia. Cara menghormati pun harus ditunjukan dengan etika salah satunya memberikan salam.

“Saya berpendapat seperti ini karena sudah melakukan diskusi dengan sejumlah guru besar di Timur Tengah. Mereka berpendapat bahwa menghormati bendera itu hukumnya haram,” kata Cholil Ridwan kepada okezone, Selasa (22/3/2011).

Namun, Cholil menegaskan bahwa pendapatnya tersebut adalah bersifat pribadi dan tidak membawa lembaga MUI. Sebab, kata dia, MUI belum pernah mengeluarkan fatwa demikian. “Ini hanya pendapat saya pribadi, bukan MUI,” tandasnya.

Bahkan, di salah satu media keagamaan, Cholil secara rinci menuliskan alasannya tentang haramnya hukum menghormat kepada bendera. Cholil mengaku tidak khawatir jika pendapatnya tersebut menimbulkan kontroversi.

“Dalam persoalan seperti ini pro-kontra biasa. Ulama saja masih berdebat soal fatwa haram rokok. Satu sisi ada yang mengharamkan, tapi sisi lain banyak juga ustaz yang merokok. Lagi pula, pendapat saya ini merupakan referensi dari guru besar di Timur Tengah,” tukasnya.

Monday 21 March 2011

Gitar Listrik Ini Sangat Mematikan


Gitar bisa menjadi alat musik yang menyenangkan. Tapi, tidak dengan gitar yang satu ini. Petikan jari Anda justru bisa menghilangkan nyawa orang lain.

Ya, gitar listrik di gambar ini bukanlah gitar listrik biasa. Gitar listrik ini sejatinya adalah senjata api berjenis shotgun atau senapan sebar.

Seperti diketahui, shotgun adalah senjata yang pelurunya memiliki sebuah selongsong berisikan lebih dari satu proyektil. Sehingga, ketika ditembakkan proyektil tersebut akan tersebar objek dengan tingkat kerusakan yang besar. Namun, senjata ini hanya bisa digunakan dalam jarak dekat. Semakin jauh, akurasinya semakin berkurang karena proyektil yang tersebar terlalu lebar.

Gitar "shotgun" ini ditemukan ketika sekolompok polisi menggerebek rumah seorang pengedar senjata api di Lulea, Swedia. Mereka terkejut karena tak hanya menemukan barang bukti berupa senjata-senjata api konvensional, seperti senapan laras panjang yang digergaji atau senapan mesin buatan sendiri, tetapi juga senapan laras ganda yang tersembunyi di dalam badan gitar.

Leher gitar dibuat lebih cekung di mana di dalamnya terdapat dua barel shotgun. Sementara badan gitar berisi mekanisme trigger (pemicu) senjata api. Saat ditanyakan, tersangka mengaku gitar "shotgun" itu hanya sekadar iseng dan pengerjaannya belum tuntas.

Meski bisa dimaklumi karena belum dapat digunakan, namun gitar tersebut tetap dijadikan barang bukti karena bisa suatu waktu bisa berpotensi menghilangkan nyawa orang lain.

Polisi menemukan enam senjata konvensional dan sejumlah besar amunisi. Gitar tersebut ditemukan para petugas saat dipajang di rumah karena bentuknya yang janggal. Sampai saat ini, tersangka masih menjalani proses hukum.
• VIVAnews

Sunday 20 March 2011

Quraish Shihab, Syi’ah, dan Jilbab

Salah satu mata acara saat Sahur, di Metro TV, Jakarta, disajikan tanya jawab keagamaan (Islam) antara sejumlah audiens dengan narasumber kesohor yaitu Quraish Shihab. Dia ini pria kelahiran Rappang (Sulawesi Selatan) pada 16 Februari 1944, pernah menjabat sebagai rector IAIN Jakarta, kemudian menjadi Menteri Agama RI selama 70 hari di akhir masa pemerintahan Soeharto yang lengser Mei 1998.

Di acara Metro TV, salah seorang peserta ketika mengajukan pertanyaan berkenaan dengan latar belakang adanya kebiasaan memperingati atau merayakan hari anak yatim (10 Muharram), Quraish Shihab menjawabnya dengan memasukan doktrin Syi’ah tentang perang Karbala yang menewaskan cucu Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam yakni Husein radhiyallahu ‘anhu. (Metro TV edisi Selasa 02 Ramadhan 1429 H bertepatan dengan 02 September 2008)

Menurut Quraish Shihab, perayaan anak yatim yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram itu adalah untuk mengenang kematian Husein radhiyallahu ‘anhu dan keluarganya yang tewas pada perang Karbala. Dari peperangan itu menghasilkan banyak anak yatim. Peristiwa Karbala yang menewaskan Husein radhiyallahu ‘anhu terjadi pada 10 Muharram tahun 61 Hijriyah.

Jawaban khas Syi’ah ala Quraish Shihab itu, menunjukkan bahwa ia memang penganjur Syi’ah yang konsisten dan gigih. Di berbagai kesempatan, bila ada peluang memasukkan doktrin dan ajaran Syi’ah, langsung dimanfaatkannya, apalagi di hadapan audiens yang awam (tidak mengerti apa itu Syi’ah, dan bagaimana ajarannya yang sesat dan menyesatkan).

Pada dasarnya, Islam sangat memuliakan anak yatim. Semasa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam masih hidup, anjuran untuk menyantuni anak yatim sudah disosia-lisasikan bahkan dipraktekkan sendiri. Artinya, anjuran dan praktek itu sudah ada jauh sebelum Husein radhiyallahu ‘anhu wafat. Sehingga pernyataan Quraish Shihab tersebut terkesan ahistoris, bila menyantuni anak yatim dikaitkan dengan kematian Husein radhiyallahu ‘anhu di Karbala.

Dalam salah satu hadits riwayat An-Nasa’i, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
9150 - عن أبي شريح الخزاعي قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : { اللَّهُمَّ إنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعِيفَيْنِ : حَقَّ الْيَتِيمِ وَ حَقَّ الْمَرْأَةِ } (سنن النسائي الكبرى - (ج 5 / ص 363)

Ya Allah sungguh saya mengharamkan (penyia-nyiaan) hak dua macam manusia yang lemah yaitu: hak anak yatim dan hak wanita. (HR An-Nasaai nomor 9150).

Namun demikian, dalam ajaran Islam tidak ada waktu-waktu khusus yang ditetapkan untuk memperingati atau merayakan anak yatim. Tanggal 10 Muharram yang oleh sebagian kalangan dijadikan momentum merayakan atau memperingati atau menyantuni anak yatim –sebagaimana dilakukan oleh sejumlah masjid yang secara madzhab dan kultural dekat dengan NU– pada dasarnya tidak ada contohnya. Pada tangal 9 dan 10 Muharram ummat Islam disunahkan berpuasa.

Dalam Hadits Shahih Riwayat Muslim,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ : يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ .( رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa di hari ‘Asyura’, maka beliau menjawab, “Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) pada tahun kemarin.” (HR Muslim).

Benarkah Quraish Shihab penganut paham Syi’ah?
LPPI pernah mendapatkan surat pernyataan dari Osman Ali Babseil (PO Box 3458 Jedah, Saudi Arabia, dengan nomor telepon 00966-2-651 7456). Usianya kini sekitar 74 tahun, lulusan Cairo University tahun 1963.

Dengan sungguh-sungguh seraya berlepas diri dari segala dendam, iri hati, ia menyatakan:

Sebagai teman dekat sewaktu mahasiswa di Mesir pada tahun 1958-1963, saya mengenal benar siapa saudara Dr. Quraish Shihab itu dan bagaimana perilakunya dalam membela aqidah Syi’ah.
Dalam beberapa kali dialog dengan jelas dia menunjukkan sikap dan ucapan yang sangat membela Syi’ah dan merupakan prinsip baginya.
Dilihat dari dimensi waktu memang sudah cukup lama, namun prinsip aqidah terutama bagi seorang intelektual, tidak akan mudah hilang/dihilangkan atau berubah, terutama karena keyakinannya diperoleh berdasarkan ilmu dan pengetahuan, bukan ikut-ikutan.
Saya bersedia mengangkat sumpah dalam kaitan ini dan pernyataan ini saya buat secara sadar bebas dari tekanan oleh siapapun.

Pernyataan itu dibuat Osman Ali Babseil sepuluh tahun lalu (Maret 1998), namun hingga kini masih relevan, karena Quraish Shihab pun hingga kini terbukti masih menyebarluaskan doktrin Syi’ah.

Ke-Syi’ah-an Quraish Shihab juga terlihat ketika ia meluncurkan Ensiklopedi Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya, yang diterbitkan oleh Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal bekerjasama dengan Yayasan Bimantara (2007). Salah satu indikasinya, dalam Ensiklopedi itu terlalu gandrung menggunakan tafsir Syi’ah Al Mizan karangan Tabataba’i sebagai referensi dalam penulisan entri. Bahkan dapat dikatakan, rujukan utama Ensiklopedi ini adalah tafsir Syi’ah yang memberikan penafsiran terhadap Al-Qur’an sesuai dengan pemahaman aliran Syi’ah yang memusuhi sahabat-sahabat Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam.

Contoh lain ketika ia menerbitkan buku berjudul Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Pada buku itu antara lain dikatakan, bahwa di antara Sunnah-Syi’ah terdapat kesamaan dalam prinsip-prinsip ajaran, sedang dalam rinciannya terdapat perbedaan. Namun persamaannya jauh lebih banyak. Ini bisa dilihat dari masalah keimanan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari kemudian, ketaatan kepada Rasul dan mengikuti apa yang dinilai sah bersumber dari beliau, serta melaksanakan Rukun Islam yang lima.

Benarkah demikian?
Dalam buku Syi’ah sendiri dinyatakan: Abi Abdullah berpesan; sesungguhnya dunia dan akhirat adalah kepunyaan Imam, diberikannya kepada yang dikehendakinya dan ditolaknya bagi yang tak diingininya. Ini kekuasaan yang diberikan oleh Allah kepada Imam. Sebagaimana ditulis oleh Muhammad bin Ya’kub al-Kulaini dalam kitab Ushul Kafi, khususnya pada bab yang berjudul Bumi Seluruhnya Adalah Milik Imam.

Salah satu ulama Syi’ah lainnya, Jakfar as-Shadiq diklaim mengatakan:

“Yang punya bumi adalah Imam, maka apabila Imam keluar kepadamu cukuplah akan menjadi cahaya (nur). Manusia tidak akan memerlukan matahari dan bulan.” (lihat Tarjumah Maqbul Ahmad, hal. 339). Tarjumah Maqbul Ahmad. (bahasa Urdu) hal. 339. Diterjemahkan secara harfiyah


Padahal, Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan dalam Al-Qur’an, surat al-Araf:
إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya bumi adalah kepunyaan Allah, diwariskan kepada orang yang dikehendaki-Nya”. (QS Al-A’raf: 128)
Menurut Quraish pula, secara bahasa Suni atau Sunah berarti perilaku atau tindakan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan Syi’ah berarti mengikuti, maksudnya adalah menjadi pengikut Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, semua Sunah adalah Syi’ah, dan semua Syi’ah adalah Sunah. Karena mereka yang mengikuti perilaku Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam adalah pengikutnya Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam dan begitu juga sebaliknya.

Padahal, makna Syi’ah adalah pengikut (‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu). Quraish jelas telah memanipulasi makna Syi’ah. Kalau Sunnah dan Syi’ah tidak ada perbedaan, tentu tak perlu repot-repot mengidentifikasikan dirinya dengan nama yang berbeda. (lihat tulisan berjudul Ahmadiyah, Syi’ah dan Liberal, April 7, 2008 2:30 am).

Masalah Jilbab
Selain berpaham Syi’ah militan, Quraish Shihab juga berbanjar bersama-sama dengan sejumlah orang yang menempatkan berjilbab (menutup aurat) pada posisi khilafiah, sebagaimana ditulisnya dalam sebuah buku berjudul Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah: Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer di tahun 2006.

Menurut Quraish, ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang pakaian wanita mengandung aneka interpretasi. Selain itu, ketetapan hukum tentang batas yang ditoleransi dari aurat atau badan wanita bersifat zhanniy yakni dugaan semata. Quraish juga bersikap, bahwa adanya perbedaan pendapat para pakar hukum tentang batasan aurat adalah perbedaan antara pendapat-pendapat manusia yang mereka kemukakan dalam konteks situasi zaman serta kondisi masa dan masyarakat mereka, serta pertim-bangan-pertimbangan nalar mereka, dan bukannya hukum Allah yang jelas, pasti dan tegas.

Sikap seperti itu jelas menepis Al-Qur’an. Sebab, Allah sudah secara tegas berfirman melalui surat Al-Ahzaab ayat 59:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا(59)
Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (QS Al-Ahzab/ 33: 59).

Sedangkan berkenaan dengan batasan aurat, sudah secara tegas difirmankan melalui surat QS An Nuur ayat 31:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَائِهِنَّ أَوْ ءَابَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(31)
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS An-Nur/ 24: 31).

Sebab turunnya ayat ini, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Asma’ binti Murtsid pemilik kebun kurma, sering dikunjungi wanita-wanita yang bermain-main di kebunnya tanpa berkain panjang sehingga kelihatan gelang-gelang kakinya, demikian juga dada dan sanggul-sanggul mereka. Berkatalah Asma’: 揂langkah buruknya (pemandangan) ini. Turunlah ayat ini (S.24:31) sampai عَوْرَاتِ النِّسَاءِ auratinnisa (aurat wanita) berkenaan dengan peristiwa tersebut yang memerintahkan kepada Kaum Mu’minat untuk menutup aurat mereka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Muqatil yang bersumber dari Jabir bin Abdillah.)

Sebab turunnya ayat (penggalan selanjutnya QS 24: 31) ini, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang wanita membuat dua kantong perak yang diisi untaian batu-batu mutu manikam sebagai perhiasan kakinya. Apabila ia lewat di hadapan sekelompok orang-orang, ia memukul-mukulkan kakinya ke tanah sehingga dua gelang kakinya bersuara beradu . Maka turunlah kelanjutan ayat ini ( S. 24 : 31, dari وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ “wala yadlribna bi arjulihinna” sampai akhir ayat) yang melarang wanita menggerak-gerakan anggota tubuhnya untuk mendapatkan perhatian laki-laki. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Hadhrami). (KHQ Shaleh dkk, Asbabun Nuzul, CV Diponegoro, Bandung, cetakan 7, tt, hlm 356).

Fatwa-fatwa tentang jilbab.

Mari kita bandingkan pendapat Quraish Shihab tersebut di atas dengan fatwa-fatwa berikut ini.

1. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh berfatwa: Bahwa wanita itu adalah aurat, diperintahkan untuk berhijab dan menutup. Dan dilarang tabarruj (membuka aurat yang diperintahkan untuk ditutupi, atau berhias dan bertingkah laku untuk dilihat lelaki) dan dilarang memperlihatkan perhiasannya, kecantikannya, dan bagian-bagian tubuh yang menimbulkan fitnah. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 59, QS An-Nur: 31, dan QS Al-Ahzab: 33.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu (QS Al-Ahzab/ 33: 33). (Fatawa dan surat-surat Muhammad bin Ibrahim Alu Al-Syaikh juz 2/ halaman 124).

2. Fatwa dari Qitho’il Ifta’ di Kuwait: Wajib atas perempuan muslimah sejak umur baligh untuk menutup seluruh badannya selain wajah dan dua tapak tangannya. Hal itu apabila ia keluar dari rumahnya atau adanya laki-laki bukan mahramnya, maka tidak boleh bagi perempuan muslimah menampakkan kepada lelaki ajnabi (bukan mahramnya) sebagian tubuhnya seperti: rambutnya, atau lehernya, atau hastanya (lengan/ dzira’) atau betisnya yang oleh sebagian wanita muslimah biasa terbuka pada masa kini menirukan orang bukan Islam. Apabila wanita muslimah menampakkan sebagian dari tubuhnya itu maka sungguh dia telah berbuat haram yang telah pasti haramnya.

Dalil atas wajibnya wanita menutup seluruh badannya selain wajah dan dua tapak tangan adalah nash-nash yang banyak dari Al-Qur’anul karim dan sunnah Nabi yang shahih. Di antaranya firman Allah Ta’ala dalam QS An-Nur: 31. Maksud dari firman-Nya إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا (kecuali yang (biasa) nampak daripadanya) adalah wajah dan dua tapak tangan. Sebagaimana hal itu telah ditunjukkan oleh As-Sunnah dan atsar dari sahabat. Maksud dari firman-Nya { وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } (Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya), adalah hendaknya wanita melabuhkan kerudung yakni tutup kepalanya dimana agar menutup jaibuts tsaub yaitu bukaan leher. Oleh karena itu Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا(59)

Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (QS Al-Ahzab/ 33: 59).

Dan dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لا يَصْلُحُ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلاَّ هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى كَفِّهِ وَوَجْهِهِ (أخرجه أبو داود (4/62 ، رقم 4104) ، والبيهقى فى السنن الكبرى (7/86 ، رقم 13274) . وأخرجه أيضًا : فى شعب الإيمان (6/165 ، رقم 7796) ). - ( ضعيف ) وصححه الشيخ الألباني في صحيح سنن أبي داود وقال في الترغيب والترهيب : ( حسن لغيره برقم 2045)
Wahai Asma’: Sesungguhnya wanita apabila telah sampai haidh maka tidak pantas untuk dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, dan beliau menunjuk ke telapak tangan beliau dan wajah beliau. (HR Abu Dawud, dan Al-Baihaqi, dhaif, tetapi dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud, dan dihasankan lighoirihi dalam At-Targhib wat Tarhib).
Atas dasar yang demikian itulah maka telah terjadi ijma’ ulama ummat sejak zaman Nabi, maka siapa yang menganggap bolehnya wanita muslimah di depan lelaki ajnabi (bukan mahram) membuka rambutnya atau lehernya atau semacamnya dari apa-apa yang diperintahkan untuk ditutupnya, maka sungguh telah menyelisihi Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’, dan telah menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Fatawa Qitha’il Ifta’ bil-Kuwait juz 6 halaman 223-224).


Kembali ke sikap dan pemahaman yang dihembuskan Quraish Shihab:

Anak perempuan Quraish Shihab, Najwa Syihab (penyiar televisi swasta?), dalam salah satu edisi majalah buatan kelompok yang dekat dengan liberal, menjadi gambar sampul, dengan tulisan mencolok, terhormat tanpa memakai jilbab. Dia menganggap, jilbab tidak wajib, dan dia mengaku bahwa itu mengikuti fatwa bapaknya.

Begitulah watak Quraish Shihab, terhadap urusan yang sudah jelas landasannya saja ia masih berani membantah. (haji/tede).
source:http://www.nahimunkar.com

Saturday 19 March 2011

Apa dosa Ulil terhadap Islam dan kaum Muslimin sehingga harus dibunuh?


Dosa Ulil terhadap Islam dan kaum Muslimin

Tidak aneh jika Ulil, tokoh JIL menjadi target pembunuhan. Track record lelaki kelahiran Pati, Jawa Tengah, 11 Januari 1967 ini sudah dikenal "anti" syariat Islam. Pada 18 November 2002, Ulil menulis artikel di harian umum Kompas berjudul "Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam" yang menuai fatwa hukum mati dari Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI).

Dalam artikel yang menghebohkan tersebut, Ulil mengobok-obok Islam sesadis-sadisnya yang tentu saja menjadi dosa Ulil terhadap Islam dan kaum Muslimin paling parah dan takkan pernah terlupakan. Dalam artikel tersebut Ulil menistakan syariat Islam, dan menganggapnya hanya sebagai budaya Arab.

"Aspek-aspek Islam yang merupakan cerminan kebudayaan Arab, misalnya, tidak usah diikuti. Contoh, soal jilbab, potong tangan, qishash, rajam, jenggot, jubah, tidak wajib diikuti, karena itu hanya ekspresi lokal partikular Islam di Arab. Aspek-aspek Islam yang merupakan cerminan kebudayaan Arab, misalnya, tidak usah diikuti. Contoh, soal jilbab, potong tangan, qishash, rajam, jenggot, jubah, tidak wajib diikuti, karena itu hanya ekspresi lokal partikular Islam di Arab."

Ulil tidak mengimani syariat Islam atau yang disebutnya sebagai hukum Tuhan.

"Menurut saya, tidak ada yang disebut "hukum Tuhan" dalam pengertian seperti dipahami kebanyakan orang Islam. Misalnya, hukum Tuhan tentang pencurian, jual beli, pernikahan, pemerintahan, dan sebagainya. Yang ada adalah prinsip-prinsip umum yang universal yang dalam tradisi pengkajian hukum Islam klasik disebut sebagai maqashidusy syari'ah, atau tujuan umum syariat Islam."

Lebih jauh, Ulil juga menghina insan termulia dalam Islam, nabi Muhammad SAW., dan menganggapnya banyak kekurangan.

"Bagaimana meletakkan kedudukan Rasul Muhammad SAW dalam konteks pemikiran semacam ini? Menurut saya, Rasul Muhammad SAW adalah tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, (sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa memandang aspek-aspek beliau sebagai manusia yang juga banyak kekurangannya), sekaligus panutan yang harus diikuti (qudwah hasanah).

Ulil bahkan membenarkan semua agama, mencampuradukan dan mengatakan kebenaran Islam ada dalam filsafat Marxisme.

"Saya berpandangan lebih jauh lagi: setiap nilai kebaikan, di mana pun tempatnya, sejatinya adalah nilai Islami juga. Islam-seperti pernah dikemukakan Cak Nur dan sejumlah pemikir lain-adalah "nilai generis" yang bisa ada di Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu, Yahudi, Taoisme, agama dan kepercayaan lokal, dan sebagainya. Bisa jadi, kebenaran "Islam" bisa ada dalam filsafat Marxisme."

Dari artikel Ulil di tahun 2002 yang dimuat Kompas saja, dosa-dosa Ulil kepada Islam dan kaum Muslimin dianggap tidak dapat diampuni. Sayangnya, Ulil tidak berhenti menghina Islam dan kaum Muslimin.

Di tahun 2005, dari Boston dia menulis sebuah surat yang lagi-lagi menistakan Islam dan menbuat heboh. Dalam surat tersebut Ulil mengatakan yang salah saat ini bukan hanya umat Islam, tetapi Islam itu sendiri.

"Menurut saya, memang ada yang salah saat ini, bukan pada umat Islam, tetapi pada Islam itu sendiri. Kalau hal ini tidak diakui, maka "kultur kematian" (saya tak mau menyebutnya sebagai "martyrdom") seperti yang meledak di Bali itu akan terus-menerus mewarnai Islam,
di masa-masa mendatang. Hanya saat umat Islam menyadari kesalahan itu, dan mengakuinya sebagai sejenis penyakit, maka mereka akan segera bergegas ke
dokter, dan mencari pengobatan. "Politic of denial", menolak terus-menerus, sambil mengatakan bahwa "Ini bukan Islam, ini oknum," hanya memperpanjang umur penyakit itu, akan membuatnya kian kronis, dan menggerogoti Islam sendiri. Kultur itu hanyalah
parasit yang harus segera dipotong."

By: M. Fachry
International Jihad Analysis
http://www.arrahmah.com

Friday 18 March 2011

Sejarah dan Catatan Nabi-Nabi Palsu


DALAM akidah Islam, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) adalah penutup para nabi. Ini sesuai dengan firman-Nya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Ahzab [33]: 40). Sementara Islam, ajaran yang dibawa Muhammad SAW merupakan dien yang telah disempurnakan.

Namun, masih ada saja manusia yang mengaku sebagai nabi yang diutus Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) setelah Muhammad SAW untuk menyempurnakan ajaran-Nya. Bahkan, sebelum Muhammad SAW wafat pun sudah ada yang mengaku sebagai nabi. Jumlah mereka banyak. Berikut di antara para nabi palsu itu.

1. Musailamah al-Kazzab dan Sajjah Binti al-Harits

Musailamah mengaku nabi saat Rasulullah SAW masih hidup. Ia dari Bani Hanifah di Yamamah. Istrinya, Sajjah binti al-Harits dari Bani Tamim, juga mengaku sebagai nabi yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk disampaikan kepada umat.

Dalam riwayat, saat mempersunting Sajjah, Musailamah memberikan mas kawin berupa cuti shalat Ashar kepada keluarga Sajjah. Tentu saja saat itu seluruh Bani Tamim libur shalat Ashar.

Setelah Rasulullah SAW wafat, mereka semakin leluasa dalam menyebarkan pemahamannya. Khalifah Abu Bakar Assidiq tidak tinggal diam. Abu Bakar beserta kaum Muslimin mengajak mereka dan pengikutnya kembali ke jalan yang lurus. Tapi, ajakan itu ditolak.

Abu Bakar mengerahkan kaum Muslimin untuk memerangi mereka. Dalam perang Yarmuk, Kaum Muslimin bentrok dengan pasukan Musailamah dan Musailamah berhasil dibunuh oleh Wahsyi bin Harb. Sedang Sajjah diakhir hayatnya bertaubat dan kembali ke pelukan Islam.

2. Aswad al-‘Ansi

Nama sebenarnya ‘Ailat bin Ka’ab bin ‘Auff Al-‘Ansi. Ia keturunan Bangsa Habasyah yang tinggal di Jazirah Arab. Ia berkulit hitam, itu sebabnya ia dipanggil Aswad. Aswad mumpuni dalam dunia perdukunan serta mahir melakukan sihir.

Aswad mengaku nabi saat Rasulullah SAW menjelang jatuh sakit. Ia dikenal sebagai yang fasih lisannya. Ia mampu memutarbalikan kebatilan menjadi kebajikan. Banyak orang awam yang menjadi pengikutnya.

Ajaran Aswad berhasil tersebar di Yaman. Ia mengaku bahwa malaikat telah memberikan wahyu dan memberitakan hal-hal gaib kepadanya. Namun Aswad berhasil dibunuh oleh kaum Muslimin menjelang Rasulullah SAW wafat.

3. Mirza Ghulam Ahmad

Mirza Ghulam Ahmad lahir 15 Februari 1835 di Qadian, wilayah Punjab, sebelah utara India . Ia berasal dari keluarga Muslim. Namun, keluarganya itu dikenal suka berkhianat kepada agama dan negaranya.

Saat kolonial Inggris menduduki India , Mirza salah seorang yang loyal dan taat terhadap penjajah. Sementara umat Islam India berjibaku mengusir penjajah. Sikap Mirza yang pro penjajah ini, dimanfaatkan Inggris untuk membuat gerakan. Tahun 1900 berdirilah gerakan yang bernama Ahmadiyah. Mirza diangkat sebagai nabinya.

Di antara ajaran Mirza yakni meyakini bahwa Allah juga berpuasa dan melaksanakan shalat, tidur, melakukan kesalahan, dan berjima’. Selain itu, bahwa kenabian tidak ditutup dengan diutusnya Muhammad SAW. Dan dirinyalah adalah nabi yang paling utama dari para nabi yang lain.

Menjelang akhir hayatnya, Mirza didera penyakit. Menurut Hasan bin Mahmud Audah, orang kepercayaan Mirza yang sudah kembali ke Islam, ia meninggal di tempat tidur. Berminggu-minggu sebelum matinya ia buang air kecil dan besar di situ.

4. Mirza ‘Ali Muhammad Ridha Asy-Syairazi

Mirza ‘Ali adalah orang Yahudi yang menyamar sebagai Muslim. Ia tinggal di Iran. Ia berbaur di kalangan Syi’ah Imamiyah. Pada tahun 1844 Mirza Ali memproklamirkan diri sebagai nabi. Ia mengaku sebagai, “Albab”, yang berarti pintu. Yaitu pintu bagi kaum Syi’ah atau seluruh umat Islam yang akan menyatukan mereka bersama imam yang ditunggu kedatangannya di akhir zaman. Ia juga mengaku sebagai jelmaan Tuhan. Ia penggagas ajaran Bahaiyah.

Ajaran Mirza ‘Ali yang paling populer adalah menyatukan agama. Ia mengajak umat manusia untuk keluar dari semua agama yang dianut dan membentuk satu agama. Menurutnya, ketiga agama yaitu Islam, Yahudi, dan Kristen adalah benar dan semuanya datang dari Allah. Selain itu ajaran Mirza Ali juga mengharamkan jihad.

Berkat aksinya itu, pada tahun 1850 Mirza divonis mati oleh pemerintah Iran yang saat itu dipimpin Shah Tibriz. Sementara, para pengikutnya melarikan diri ke Turki dan Palestina.

5. Thulaihah bin Khuwailid

Thulaihah adalah seorang dukun. Ia sangat disegani oleh kaumnya. Ketika Rasulullah SAW wafat, ia mengaku sebagi nabi yang menggantikan Muhammad SAW. Ia ciptakan ajaran baru. Menurutnya, manusia tak pantas sujud pada setiap shalat. “Kepala dan wajah diciptakan oleh Tuhan bukan untuk dihinakan dengan mencium bumi lima kali sehari semalam.” Ia pun menghapuskan kewajiban membayar zakat bagi orang kaya.

Ia pernah menghadap Abu Bakar As Shiddiq di Madinah. Ia meminta Abu Bakar mengakui kedudukannya sebagai nabi baru dan hidup bersama berdampingan. Permintaan itu ditolak dengan tegas. Saat itu juga Abu Bakar memberi instruksi kepada para sahabat untuk memeranginya. Akhirnya, terjadi peperangan antara pengikut Thulaihah dengan kaum Muslimin. Pengikut Thulaihah berhasil ditaklukan.

6. Ahmad Moshaddeq

Nama aslinya Abdussalam. Ia penggagas aliran al-Qiyadah al-Islamiyah. Moshaddeq mengaku sebagai nabi setelah melakukan meditasi di Gunung Bunder, Bogor, Jawa Barat selama 40 hari 40 malam. Puncaknya, pada malam ke 40, tepatnya 23 Juli 2006, Moshaddeq mengklaim mendapat wahyu dari Allah SWT.

Ajaran yang dibawa Moshaddeq ini dianggap sesat oleh MUI. Di antara kesesatan itu adalah shalat lima waktu dalam sehari diganti menjadi satu waktu, yakni shalat malam. Syahadat Muhammadurrasulullah diganti al-Masih al-Maw’ud rasulullah.

Sebelumnya Moshaddeq tercatat sebagai karyawan di Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta. Ia juga sempat menjadi pelatih nasional bulutangkis. *

Sumber : Suara Hidayatullah
Rep: Ibnu Syafaat
Red: Cholis Akbar